Sertifikat CHSE, Dianggap Bikin Sulit Para Pelaku Usaha Wisata?

Awal mulai wabah COVID-19 masuk ke Indonesia, pemerintah pun melakukan banyak cara untuk mengatasinya tanpa harus melakukan lockdown seperti yang dijalankan negara-negara lain. Mulai dari PSBB, sampai PPKM. tetapi ada satu syarat yang harus dimiliki oleh para pelaku usaha wisata mulai dari tempat wisata sampai kuliner di masa pandemi. Salah satu diantaranya selain barcode aplikasi peduli lindungi, adalah memiliki Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE).

Baca Juga : Ingin Pariwisata Cepat Pulih, 12 Duta Besar RI Akan Promosikan Bali di Luar Negeri

Banyak juga yang merasakan keberatan dengan kebijakan ini, meskipun beberapa diantaranya mengaku tidak merasakan kesulitan saat proses mengurus CHSE tersebut. CHSE memang dianggap mudah, namun untuk pengajuannya dibutuhkan beberapa syarat yang tidak semua dimiliki oleh pemilik restoran. Buktinya saja, dari 1.500 pelaku para wisata di Kota Bandung, itu hanya sebanyak 385 pengusaha pariwisata saja yang sudah punya Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability (CHSE) di Kota Bandung, Jawa Barat.

“ Sudah ada 385 usaha pariwisata mulai dari hotel yang jumlahnya 345, resto 1.250 dan destinasi wisata 6 termasuk tempat hiburan, paling baru mencapai 25 persen,” jelas  Kepala Seksi Destinasi Wisata Disbudpar Kota Bandung Faisal Tachir kepada detik.com

Faisal pun menambahkan jika sertifikat CHSE ini wajib diurus oleh pelaku usaha itu sendiri. Mulai dari mengupload beberapa syarat yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Kemenparekraf. Jika saja salah satu syarat tersebut tidak dipenuhi, makan tempat usaha tidak akan disurvei oleh pihak Kemenparekraf. Meski begitu, sertifkat CHSE tidak jadi syarat utama bagi para pelaku usaha pariwisata, tetapi syarat utama di Kota Bandung adalah aplikasi PeduliLindungi. 

Baca Juga : Sirkuit World Superbike Mandalika, Nonton Balap Sambil Nikmati Keindahan Alam