Siapkah Indonesia Terima Serbuan 'Revenge Traveler' di Sejumlah Destinasi Wisata?
PigiNews

Siapkah Indonesia Terima Serbuan ‘Revenge Traveler’ di Sejumlah Destinasi Wisata?

Fenomena liburan balas dendam diprediksi akan jadi tren di Indonesia bahkan di seluruh dunia

Tahukah kawanjo mengenai fenomena terbaru ini? Revenge travel atau aktivitas wisata yang didasari atas keinginan balas dendam akibat tak pergi ke mana-mana semasa pandemi nyatanya sudah harus mulai dipersiapkan oleh seluruh destinasi wisata di Indonesia bahkan di seluruh dunia untuk menghadapi kehidupan dan rutinitas yang sebentar lagi mulai ‘normal’ lagi ini.

Bayangkan begitu banyak tekanan yang kita lalui selama hampir dua tahun belakangan. Larangan bepergian & aturan-aturan mengekang yang tak memungkinkan siapa pun untuk pelesiran, rasa-rasanya sudah sampai di ambang batas. Sebagian besar dari kita terutama yang terbiasa berwisata nampaknya sudah mulai siap-siap HOLIDAY! Apalagi sebentar lagi liburan akhir tahun tiba dan PPKM sudah dilonggarkan. Rencana pasti sudah liar di kepala!

Lalu, apa sebenarnya yang paling dikuatirkan dari fenomena ini? Jika secara global sebagian besar dari kita mengalami dendam kesumat yang sama untuk urusan ngetrip, lalu kiranya apa yang harus benar-benar diperhatikan? Berikut penjelasan lengkap mengenai wisata balas dendam yang sebentar lagi pasti terjadi di Indonesia. Ya, PASTI TERJADI karena hal ini mudah diprediksi!

1. Keyakinan akan efikasi vaksin

Paspor
Kira-kira kawanjo mau balas dendam liburan ke mana, nih?

Saat jumlah penduduk yang sudah divaksin meningkat, jumlah kasus Covid-19 semakin rendah, dan rasio kesembuhan pasien Covid-19 juga semakin tinggi, maka otomatis rasa percaya diri seseorang atas situasi yang kian aman pun semakin besar. Setidaknya selama prokes tetap dijalankan, maka banyak yang percaya bahwa semua akan baik-baik saja.

If vaccination rates continue to increase and case counts decline, many travel experts predict many Americans will book more trips than they did before the coronavirus era to make up for lost time and to reconnect with friends and family“. Caroline Bologna dalam situs Huffpost menyimpulkan. Artinya, ada keyakinan bahwa vaksinasi bisa jadi benteng yang baik untuk menahan penularan Covid-19.

Sedangkan dilansir dari Forbes, Geoff Whitmore berpendapat “Many people are tired of being at home, are fully vaccinated and have been saving up cash and travel miles for their first post-pandemic trip“. So, baginya pandemi menjadikan seseorang menyimpan lebih banyak uang untuk digunakan liburan ke tempat yang benar-benar mereka inginkan. Saat mereka sudah vaksin, maka rencana jalan-jalan HARUS direalisasikan!

Pesawat
Siap-siap. Tiket pesawat pasti sebentar lagi naik lagi!

Ini yang membuat revenge travel jadi makin nyata. Jika ribuan orang berpikiran sama, maka semua destinasi wisata di seluruh dunia akan dipenuhi oleh orang-orang yang HAUS LIBURAN! Hal ini jelas lumrah karena hampir tiap orang mengalami lockdown-fatigue atau kelelahan luar biasa karena terlalu lama terkurung di rumah.

Oleh karena itu, keyakinan akan efikasi vaksin jadi sangat menentukan dan berpengaruh bagi mereka yang akan membalaskan dendamnya. Jika Bali saja sudah siap membuka rute internasional per tanggal 14 Oktober 2021, artinya sebagian dari kawanjo pun pasti sudah ikut bersiap, kan, untuk kembali merasakan suasana Bali yang sempat berbeda 1.5 tahun belakangan?

Baca juga: Bali Siap Terima Turis Asing Mulai 14 Oktober 2021

2. Dunia dirasa mulai membaik dan roda kehidupan harus tetap berjalan

covid 19
Virus masih ada di sekitar kawanjo, lho. Jangan sampai lengah meski lagi pelesiran

Ini yang membuat banyak orang juga mulai berani untuk bepergian. Setelah kehidupan tampak mulai normal, bekerja sudah mulai di kantor, aplikasi kesehatan dirasa mampu melindungi kita dari penularan Covid-19, dan anak-anak sekolah pun sudah mulai melakukan sistem belajar tatap muka, maka nampaknya bumi semakin sehat.

Meski risiko tetap ada, namun dengan segala protokol yang diterapkan, banyak calon wisatawan yakin bahwa we should be really really fine! Sebab landasan logikanya bisa dipahami. Bahwa roda ekonomi harus mulai bergerak dan kesehatan mental yang menerpa selama pandemi harus segera diobati. Ini yang membuat fenomena revenge travel jadi isu besar saat ini. Ya, di seluruh dunia.

3. Bahwasanya kekuatiran harus tetap ada

prokes di airport
Jangan lupa prokes terus meski kelihatannya aman-aman saja, ya

Meski segalanya sudah dilakukan dan protokol hingga vaksinasi sudah lengkap, namun kita harus tetap sangat hati-hati akan kemungkinan datangnya gelombang ketiga jika wisatawan yang ada dalam satu area terlalu banyak. Hal ini pun jadi concern penting di mata para pengamat pariwisata. Jangan sampai kelonggaran ini justru jadi bumerang yang merugikan kita semua.

This is dangerous. People need to understand this is a continuous fight. The virus is not exhausted it is still there. Only Covid-appropriate behaviour can control the virus”, ujar Lav Agarwal, Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India yang dilansir dari situs Firstpost. Karena biar bagaimana pun, Covid-19 tetap dan masih ada di sekitar kita. Kita tak boleh lengah apalagi menyepelekannya.

Studi yang dilakukan oleh Booking.com juga menemukan hasil yang serupa. Sebanyak 72% orang menganggap bahwa berlibur di tahun ini jauh lebih penting ketimbang berlibur di tahun-tahun sebelum pandemi. Jadi, kita benar-benar harus bersiap diri dengan gelombang wisatawan yang pasti jauh di luar dugaan. Yes, revenge travel is definitely real. Everybody, every institution, and every tourism business should be prepare for this!

4. Apa yang harus kita lakukan?

Liburan
Liburan tuh emang ngangenin, ya! Gak heran istilah revenge travel muncul
di era begini.

Satu hal yang pasti, kita semua harus tetap jaga diri. Karena biar bagaimana pun pelonggaran PPKM bukan berarti kita bisa bebas sebebas-bebasnya seperti dulu lagi. Tetap ada protokol yang harus dijalani. Jangan karena merasa sudah vaksin lalu tak mau pakai masker lagi. Atau jangan pas tahu tempat-tempat sudah mulai tampak normal, kita lantas lupa bahwa virus masih ada.

Intinya, balas dendam akan keinginan liburan tentu sangat boleh dilakukan! Hanya saja, jangan sampai kelupaan bahwa kita tetap belum bisa hura-hura sampai sebegitunya. Lalu, waspada juga akan third wave yang sangat mungkin terjadi jika kita semua lupa diri. Karena kedatangan pendatang dari negara lain memungkinkan virus varian baru masuk ke Indonesia. Siapkah kita berhadapan dengan itu semua? Sudahkah terpikirkan risiko besarnya jika kita tak jaga-jaga?

Jadi, baik kawanjo atau pun destinasi-destinasi wisata terutama di Bali mulai tanggal 14 Oktober 2021, harus benar-benar bisa menjaga protokol demi kesehatan bersama. Tak adil rasanya jika kita hanya mementingkan kesenangan sendiri dan mengabaikan prokes, sementara virus masih beterbangan di mana-mana secara kasat mata. Keselamatan banyak orang jadi taruhannya.

Ramai orang
Sudah siap liburan di antara lautan manusia?

Lalu, jangan pernah takut untuk meminta orang lain mengenakan masker saat kawanjo lihat mereka berjalan-jalan tanpa masker. Saat di Bali, tentu akan banyak kawanjo temukan wisatawan bandel yang anti-masker. Tegur saja dan minta mereka menghormati aturan yang ada demi keselamatan kita semua. Apa artinya revenge travel kalau pulang dari liburan kawanjo malah sakit?

Jadi pertanyaan besarnya adalah, benarkah kita siap 100% menerima serbuan para revenge traveler dari dalam dan luar negeri? Sudah beranikah kita mempersiapkan risiko terburuknya? Pesimis memang tak boleh, tapi selalu menyiapkan plan B dalam tiap perlakuan merupakan hal yang sebaiknya selalu kita lakukan, kan? Betul tidak? 😉

Baca juga: Kabar Buruk, Kekuatan Paspor Indonesia Turun ke Peringkat 78

0 comments on “Siapkah Indonesia Terima Serbuan ‘Revenge Traveler’ di Sejumlah Destinasi Wisata?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.