Bagaikan hatiku dan hatimu, itulah makna jembatan. Menghubungkan dua titik untuk saling berdekatan. Menjadikan mudah untuk merasa bahagia. Begitu juga dengan sejarah jembatan akar Bayang di Sumatera Barat. Dulu, berdasarkan sejarahnya, jembatan ini memang dibuat atas kepedulian untuk memudahkan penyeberangan. Namun kini hanya dipergunakan sebagai objek wisata. Sumber kesenangan bagi yang melihatnya.
Jembatan akar Bayang benar-benar terbuat dari akar pohon yang melilit satu sama lain. Melintas di atas Sungai Batang Bayang, menghubungkan Desa Puluik puluik dan Lubuk Silau. Masyarakat setempat menyebutnya dengan titian aka.
Keindahan Jembatan Akar
Yang seketika membuat takjub adalah adanya dua pohon yang berseberangan kemudian akarnya saling melilit. Tampak estetik dengan akar yang panjang seolah dipilin, beberapa harus menjuntai bebas. Di bawahnya terdapat Sungai Batang Bayang yang airnya mengalir deras, terlihat jernih dan segar.
Dari permukaan sungai dapat dilihat ikan-ikan berbagai ukuran dan warna, berenang bebas. Meski jumlahnya banyak, wisatawan hanya bisa memandang saja. Dilarang menangkap, karena masyarakat setempat memiliki ritual panen ikan tersendiri. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kelestarian kehidupan di sungai. Meski begitu, bukankah menikmati air yang jernih dengan sesekali tampak ikan berkeliaran bebas, sudah jadi hiburan tersendiri?
Apalagi suasana yang ada juga bisa membuat hati tentram. Pepohonan membuat teduh. Gemericik air sungai mengiringi aktivitas wisata yang menyenangkan. Tak perlu takut untuk menyeberang, karena jembatan ini sudah kokoh. Bahkan telah diberi tambahan kawat besi sebagai penyangga dan papan untuk menutup celah-celah akar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga kelestariannya juga.
Jembatan akar Bayang memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,5 meter. Dari permukaan sungai ketinggiannya sekitar 10 meter. Agar tetap bisa dinikmati oleh para pelancong, jembatan ini hanya dikhususkan untuk berwisata. Masyarakat setempat menggunakan jembatan yang sudah permanen, adanya di sekitar 50 meter dari titian aka.
Baca juga: Indonesia Jadi Tujuan Wisata Ramah Muslim Terbaik Dunia 2024
Lokasi Jembatan Akar Bayang
Tak jauh dari Padang, Kawanjo bisa sampai di lokasi salah satu wisata Pesisir Selatan ini. Tepatnya berada di Nagari Puluik Puluik, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Jembatan ini mampu menghubungkan Desa Puluik puluik dan Lubuk Silau
Jadi, berbincang tentang Sumatera Barat kini tidak hanya tentang rendang yang menggoda selera makan. Ada juga jembatan akar yang tumbuh alami, sangat jarang ada di dunia. Di Indonesia sendiri ada dua, yang pertama ada di hutan masyakarat adat Badui, Banten dan satunya lebih dulu ada, yakni jembatan akar di Pesisir Selatan ini.
Sejarah Jembatan Akar Bayang
Alkisah, jembatan ini dibangun oleh seorang tokoh masyarakat bernama Pakiah Sokan. Pakiah adalah gelar yang diberikan pada seorang ulama yang memiliki banyak murid. Beliau iba atas kesulitan masyarakat Desa Puluik puluik yang harus menyeberang sungai jika ingin menuju Desa Lubuk Silau atau sebaliknya. Apalagi diantara mereka adalah murid-murid Pakiah Sokan. Tiap hari warga harus menyeberang, entah itu untuk keperluan ke pasar maupun ke tempat Pakiah Sokan dengan tujuan belajar.
Sang tokoh dengan kepedulian tinggi memutar otak, bagaimana caranya agar masyarakat bisa dengan mudah dan aman menyeberang sungai. Tercetuslah ide untuk membuat jembatan. Jika menggunakan bambu, tidak efektif. Karena rentan ambruk atau dibawa air bah. Hingga akhirnya Pakiah Sokan berinisiatif membuat jembatan dari akar pohon.
Tentunya bukan sembarangan. Pohon yang digunakan harus memiliki akar yang kuat dan panjang. Pakiah Sokan rela mencari dan mempelajari pohon-pohon yang ada di hutan kampung dan menemukan pohon beringin serta pohon kubang. Keduanya memiliki karakteristik yang diinginkan.
Pada tahun 1890, kedua pohon beringin dan pohon kubangpun ditanam berseberangan. Hingga beberapa tahun kemudian setelah dua pohon tersebut tumbuh besar dan kuat dengan akar yang bergelantungan, mulailah Pakiah Sokan memasang bambu di atas sungai. Tujuannya adalah untuk titian dan tempat menganyam akar-akar dari dua pohon yang berseberangan.
Dari waktu ke waktu, akar tumbuh semakin panjang dan besar. Anyaman yang dibuat Pakiah Sokan pun semakin erat dan kuat. Setelah 26 tahun, tepatnya pada tahun 1916, jadilah jembatan akar yang benar-benar bisa digunakan. Warga tak lagi kesulitan untuk melintasi Sungai Batang Bayang. Kehidupan pun semakin mudah.
Sayangnya, pada awal Januari 2017, terjadilah banjir. Luapan air sungai mencapai jembatan dan membuat rusak bagian dalam jembatan akar. Sejak saat itu proses rehabilitasi dilaksanakan dengan menambah kawat penyangga dan papan penutup celah. Guna melestarikan bukti kekuatan alam ini, disepakatilah jembatan akar hanya untuk kepentingan wisata. Untuk kepentingan sehari hari, masyarakat menggunakan jembatan permanen di dekat lokasi.
Baca juga: Bagaimana Pantai Nunggalan Bali Bisa Menenangkan Diri Anda?
Tiket Masuk Jembatan Akar Bayang
Untuk menikmati keunikan tempat wisata Pesisir Selatan jembatan akar Bayang, Kawanjo cukup membayar Rp 5000 saja. Murah, bukan? Jangan lupa untuk membayar biaya parkir juga sebesar Rp 3000.
Jam Buka Jembatan Akar Bayang
Datanglah saat jembatan akar Sumbar (Sumatera Barat) ini beroperasi. Yakni buka mulai pukul 08.00 hingga tutup pada pukul 18.00.
Awalnya memang jembatan akar Bayang Pesisir Selatan dibuat untuk menyeberangi sungai. Berlandaskan rasa kepedulian seorang guru pada murid-muridnya dan warga lain juga, dibuatlah sarana yang kuat. Kini, bukti keajaiban alam ini bisa dinikmati sebagai objek wisata yang unik dan menarik.
0 comments on “Atas Dasar Hati nan Mulia, Ini dia Sejarah Jembatan Akar Bayang, Keajaiban Alam di Sumatera Barat”