Ayoo tebak-tebakan. Kegiatan apa yang saat dijalani bikin kapok tapi pas udah kelar bikin ketagihan? Yup, NAIK GUNUNG! Gimana enggak, kalau lagi nanjak, rasanya pasti pengen pulang dan nyesel bukan main ngapain pake ikut-ikutan hiking segala. Tapi pas di sampai di puncak, apalagi saat selesai sampai di bawah, eh tiba-tiba langsung bikin rencana “next gunung apa lagi ya?” Aneh, kan!
Emang naik gunung itu anehnya begitu. Naiknya gak enak, turunnya gak enak, tapi udahannya selalu enak. Hehehe! Habis, kenangannya itu, lho! Susah dideskripsikan. Ya, gak sih? Nah, untuk kawanjo yang baru akan mulai naik gunung, harus diingat ya bahwa naik gunung itu beda dari tamasya biasa. Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum nanjak ke tujuan.
Karena biar bagaimanapun, kawanjo akan berhadapan langsung dengan alam yang segala sesuatunya tak bisa diprediksi. Cuacanya, kondisi medannya, dan lain sebagainya. Jadi, jangan anggap remeh karena alam gak bisa kawanjo take it for granted. Semua bisa terjadi tanpa tendeng aling-aling. Bahaya kalau persiapan gak matang, lho.
So, untuk meminimalisir risiko kejadian yang tak diinginkan, baiknya kawanjo pelajari artikel berikut, ya. Lengkapi perlengkapan yang harus dibawa agar kawanjo bisa melindungi diri sendiri saat sedang dalam perjalanan. Karena naik gunung bukan cuma urusan keren-kerenan, tapi juga how to control and protect yourself and others in wilderness. Sudah siap jalan? Berangkaaatttt………!
1. Jaket Hangat
Jangan naik gunung kalau belum punya jaket hangat! Kenapa? Karena fungsinya bukan hanya untuk menghangatkanmu dari suhu dingin di puncak gunung, tapi juga supaya kawanjo terhindar dari serangan hipotermia. Bawalah jaket yang sesuai dengan ketinggian gunung yang ingin didaki. Makin tinggi gunungnya, makin tebal jaket yang harus dibawa.
That’s why untuk beberapa jaket, ada yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya tertulis ‘tahan sampai suhu -10°C’ atau ‘bisa dipakai sampai suhu 12°C’. Nah, ini yang harus diperhatikan. kalau misalnya tak ada tulisan itu atau hanya ingin coba naik gunung yang tak terlalu tinggi, setidaknya pakailah jaket yang akan membuatmu kegerahan saat dipakai di rumah. Minimal keringetan lah.
Kenapa? Karena artinya ketebalannya cukup bisa bikin badan jadi hangat. Perhatikan juga bahan dalamnya, ya. Ada yang dakron, ada juga yang bulu angsa. Biasanya yang bulu angsa jauh lebih hangat dan ringan. Meski dakron juga ringan, tapi kemampuan menghangatkannya jelas kalah jauh dibandingkan bulu angsa. Tak heran harganya pun lebih mahal.
Namun untuk newbie, yang penting jaket harus sesuai saja, sih. Karena kalau tidak nanti bisa kedinginan. Kalau suhu tubuh menurun saat badan sedang kelelahan, serangan hipotermia bisa mengambil alih kekuatanmu. Artinya, kawanjo tak punya kemampuan lagi untuk menghangatkan badan secara alami. Jadi jangan sampai salah bawa jaket, ya. Kalau bisa pilihlah yang memang untuk outdoor.
2. Tenda
Kalau punya niat bermalam di gunung, maka benda kedua yang harus dibawa adalah tenda. Merupakan tempat aman yang akan melindungimu dari panas, badai, dan juga hujan, pilih tenda yang teruji kekuatannya. Jangan naik gunung tinggi-tinggi tapi tenda kawanjo tak berpasak sehingga kena angin sedikit langsung terbang atau rangkanya tak kokoh sehingga kena badai langsung peyot.
Ini krusial karena tenda adalah tempat berlindung dan istirahat paling hakiki untuk para pendaki. Kalau kawanjo mendapati situasi darurat di tengah jalan, maka tenda akan jadi penyelamatmu. Jangan sampai bawa yang tak aman, ya. Karena sama juga bohong. Nanti kawanjo akan kesulitan karena kalau hujan bisa bocor, kalau dingin bakal sangat kedinginan. Jangan ambil risiko.
3. Sleeping Bag
Untuk benda ketiga, kantung tidur juga diperlukan untuk menghangatkan tubuh saat tidur. Sebab saat terlelap, suhu tubuh kawanjo akan. Nah, kantong tidur akan memberi kehangatan yang dibutuhkan. Fungsinya sama seperti selimut namun ini lebih tebal dan lebih menutup seluruh tubuh. Oleh karenanya penting untuk memilih sleeping bag yang hangat namun praktis saat di packing.
Yup, sekarang sudah banyak pilihan sleeping bag hangat yang kecil saat digulung dan tak memenuhi tempat di dalam carrier. Jadi banyak space yang masih bisa digunakan untuk benda lainnya. Semakin kecil gulungan yang dihasilkan dan semakin hangat kantung tidur, maka harganya jelas semakin tinggi. Jadi kawanjo tinggal sesuaikan budget, yang penting jangan sampai tak bawa, ya!
4. Matras
Next, benda lainnya adalah matras. Di sini, guna matras adalah untuk mengalasi bagian dalam tenda sebelum sleeping bag digunakan. Jadi saat kawanjo tidur, tubuh kawanjo tak langsung ‘menyentuh’ tanah. Karena kalau langsung kena tanah dingin sekali, lho. Oleh karenanya lantai tenda dialasi dulu dengan busa matras yang cukup tebal, hamparan kain, baru deh sleeping bag.
Tak hanya itu, matras juga punya kegunaan lain yaitu untuk alas duduk saat makan, masak, dan menaruh seluruh barang saat membongkar isi carrier. Jadi segala sesuatunya lebih bersih sebelum masuk kembali ke dalam tas. Kalau matras tak dibawa, tidur kedinginan, celana jadi kotor karena duduk tak beralas, lalu isi tas juga jadi tak bersih karena rumput dan tanah bisa terbawa masuk.
5. Fly sheet
Setelah matras, fly sheet juga merupakan benda wajib yang harus diikutsertakan. Kalau kamu pergi dalam satu rombongan kecil misalnya 4 orang, maka minimal satu orang dalam rombonganmu harus bawa satu buah fly sheet. Kalau lebih dari itu misalnya dalam satu rombongan ada 7 – 10 orang, maka harus ada minimal 3 fly sheet yang bisa digunakan.
Apa fungsinya? Banyak sekali. Pertama yaitu untuk melindungi atap tenda dari tetes hujan. Apalagi kalau tenda kawanjo rentan bocor. Nah, fly sheet ini akan jadi penyelamat paling tepat karena ia akan bertugas jadi seperti atap yang dipasang melayang di atas tenda. Oleh sebab itu, tenda kawanjo juga harus dibangun di antara pohon-pohon besar agar fly sheet bisa diikatkan di sana.
Kedua, ia berguna untuk menutupi kumpulan carrier kawanjo dari hujan dan juga badai. Jika kawanjo bukan tipe pendaki yang senang memasukkan carrier ke dalam tenda, maka menaruh carrier di luar dan menutupnya dengan fly sheet merupakan keputusan yang paling tepat. Bentangkanlah ia sampai menutupi tumpukan tas lalu tiban pinggir-pinggirnya dengan batu yang berat dan besar.
Dijamin tak akan terbang meski badai sekalipun! Tapi ingat, harus batu yang benar-benar berat, ya! Oh, iya. Cara seperti ini sebenarnya lebih disarankan untuk kawanjo yang bermalam di gunung sepi. Kalau gunungnya ramai, ada baiknya jangan taruh barang di luar. Nanti bisa hilang! Bukan berburuk sangka, tapi lebih ke arah waspada daripada menyesal pada akhirnya.
Ketiga, ia juga bisa jadi alas duduk saat kawanjo sedang ingin ngumpul ramai-ramai. Bentangannya lebar sehingga muat banyak orang. Tak seperti matras yang kapasitasnya tak banyak, fly sheet lebih memungkinkan untuk muat sampai lebih dari 10 orang. Asyik, kan. Bayangkan duduk sama-sama di pinggir Ranu Kumbolo sambil menyeduh teh dan kopi hangat. Uuuhh, indah sekali!
Terakhir, fly sheet juga bisa digunakan untuk membuat shelter dadakan di mana saat ia dibentangkan dan diikat di antara pohon, ada spasial baru di bawahnya yang bisa digunakan untuk area memasak, area makan, area berlindung dari hujan, dan lain sebagainya. Jadi ia semacam pembentuk ruang baru yang tadinya tak ada jadi ada. Menarik, kan!
6. Cover Bag
Oke, buat kawanjo yang masih suka naik gunung tanpa pakai cover bag, Pigijo cuma bisa bilang, sayang tas nya, lho. Karena selain bisa melindungi carrier atau day pack dari hujan, cover bagi juga bisa menjaga tas kawanjo agar tetap bersih dan juga aman dari goresan ranting atau benda tajam lainnya yang kawanjo temui di sepanjang perjalanan. Tas pun jadi lebih awet meski sering dipakai.
Pilihlah cover bag berpengait (buckle) yang benar-benar mampu menutupi seluruh bagian tas. Sehingga kalau misalnya kawanjo tiba-tiba terpeleset atau jatuh, tas kawanjo akan tetap aman dari noda tanah dan goresan akar pohon, duri, atau bebatuan. Cover bag nya pun tak lepas dan tetap terpasang sempurna karena terikat kencang oleh buckle yang ada di bagian punggung.
Jadi saat sampai di pos tujuan, tas kawanjo tetap kering, aman, dan bersih cemerlang. Hehehe! Maka jelas, kan kenapa fungsinya tak hanya untuk menahan hujan? Oleh sebab itu, sebisa mungkin lengkapi keperluan ini, ya. Karena betulan sayang kalau pas naik gunung bersih, eh pas pulang tas nya compang-campinga gak karuan. Huhuhu! Jadi hilang deh kerennya.
Baca juga: 5 Gunung ‘Berbahaya’ di Indonesia, Pemula Jangan Coba-Coba
7. Raincoat
Ini, nih yang sering diabaikan padahal penting banget banget banget! Iya, jas hujan! Kalau kawanjo naik gunung, usahakan beli jas hujan yang betul, ya. Jangan jas hujan plastik untuk naik motor yang super tipis atau jangan juga ponco ABRI. Kenapa? Jas hujan tipis seringkali tak mampu melindungi kawanjo daru hujan yang sangat deras. Ujung-ujungnya tubuh akan basah juga.
Kalau ponco ABRI, sebagian besar dari kawanjo mungkin akan merasa keribetan karena ukurannya yang besar dan bahannya yang terbilang berat. Jadi lebih baik beli jas hujan naik gunung biasa yang terdiri dari atasan dan bawahan berbentuk celana. Sudah banyak kok dijual di toko outdoor. Model dan bahannya juga sudah bagus-bagus dengan harga yang tak terlalu mahal.
Malah kalau beli jas hujan model begini, sekarang bisa dilipat dan dijadikan tas selempang, lho. Jadi sudah praktis sekali dan tak ada alasan untuk tak membawanya. Sudah ringan, stylish, terjangkau, compact lagi. Tak merepotkan untuk dipakai jalan saat tanjakan maupun turunan. Kalau yang model ponco, mostly sih agak nyusahin, ya kalau gak biasa. Sering bikin keserimpet!
Lalu, seberapa penting sih jas hujan untuk dibawa? Jelas termasuk item krusial yang gak boleh ketinggalan. Karena, kalau hujan lalu kawanjo gak pakai outfit yang tepat, nanti bisa hipotermia dan ini amat sangat berbahaya. Bisa mengancam nyawa! Bukan nakut-nakutin lho, tapi memang begitu kenyataannya. Jaga tubuh agar tetap kering selama perjalanan, ya.
8. Headlamp
Meski kelihatannya sepele, tapi headlamp juga merupakan benda penting yang wajib kawanjo bawa saat naik gunung. Saran Pigijo sih, pilih yang jenis lampunya LED, ya. Karena sinar putih akan sangat membantu kawanjo untuk menerangi gelapnya hutan dan alun-alun saat malam. Berbeda dengan sinar kuning yang lebih redup karena biasnya punya fungsi menghangatkan suasana.
Kalau belum punya, maka pilihlah LED headlamp yang jumlah lumens nya lebih dari 100. Semakin tinggi semakin baik karena cahayanya pun semakin terang. Bahkan, malam bisa seperti siang saking terangnya! Gak percaya? Coba sendiri, deh. Lalu, kenapa penting punya headlamp yang terang? Karena saat keadaan genting di malam hari, kawanjo bisa lihat segala sesuatunya dengan jelas.
Tak cuma itu, terangnya headlamp akan memudahkan kawanjo mencari sesuatu di luar tenda saat malam hari. Kesiagaan akan situasi sekitar pun jadi lebih tinggi karena jarak pandang jadi lebih jauh. Kalau ada apa-apa, tentu jadi lebih mudah tertangani. Bayangkan kalau tak bawa headlamp atau sinarnya amat redup, gunung gelap sekali saat malam! Tak ada sinar sama sekali.
Jadi kalau kawanjo adalah tipe pendaki yang mudah merasa ingin buang air kecil atau besar di malam hari, kawanjo jadi gampang untuk jalan ke luar tenda. Sssstt, tapi jangan arahkan headlamp ke sembarang tujuan, ya. Arahkan saja ke bawah, ke jalur yang akan kawanjo lalui, atau ke arah depan. Jangan ke atas, kiri, dan kanan jika tak diperlukan. Nanti jadinya malah horor. Hehehe…
If you know what I mean….
9. Kaus kaki kering
Saat dipakai jalan, tentu kaus kaki akan basah terkena keringat dan lembapnya telapak kaki. Apalagi kalau digunakan trekking terlalu lama, pasti kaus kaki kawanjo bakal basak dan juga apek! Nah, saat sampai di pos tujuan untuk bermalam, lepaslah kaus kaki kawanjo, jemur atau taruh dekat api, dan ganti dengan kaus kaki baru yang masih kering.
Hal ini penting dilakukan untuk menghindari kaki dari kondisi pembusukan. Iya, kaki kawanjo bisa busuk kalau berada dalam kondisi lembap lebih dari 24 jam! Apalagi jika ada luka di dalamnya seperti lecet, kuku lepas, blister terbuka, dan lain sebagainya. Kaki harus sering diangin-anginin! Oleh sebab itu, cara paling benar adalah keringkan kaki sebelum tidur dan pakai kaus kaki baru.
Jika kedinginan di tenda, kawanjo bisa oles balsem atau minyak panas terlebih dahulu sebelum memakai kaus kaki kering. Satu hal yang pasti, kawanjo harus bawa minimal 2 kaus kaki cadangan di luar kaus kaki yang dipakai jalan, ya. Biar saat yang satu sedang dijemur, masih ada 2 kaus kaki lainnya. Atau saat 2 belum kering, ada simpanan satu kaus kaki lagi. Jadi telapak kawanjo aman!
Ingat, kaki harus selalu dapat perhatian lebih, ya saat naik gunung karena kawanjo akan menggunakannya sepanjang waktu untuk naik dan juga turun gunung. Jadi, memberinya pijatan sebelum tidur di area telapak dan jari jemari tentu bukan hal yang berlebihan dan malah disarankan untuk menjaganya agar tetap prima. Hati-hati juga kalau berjalan. Karena sering tergelicir atau keseleo juga akan menurunkan kualitas pijakan kaki di hari-hari berikutnya, lho.
10. Pakaian cadangan
Selain kaus kaki cadangan, benda ini juga jelas tak boleh ketinggalan. Pakaian kering atau baju dan celana cadangan harus selalu ada di dalam tas. Jangan sampai kehabisan stok karena pakaian yang sudah kawanjo pakai jalan seharian tak boleh dipakai tidur! Kenapa? Karena ia basah, kotor, dan lembap! Tak bagus buat kondisi tubuh yang butuh kehangatan saat seharian sudah kelalahan.
Mudahnya begini. Pilih sepasang pakaian yang akan selalu kawanjo pakai jalan. Sisanya jangan dikeluarkan dari dalam tas kecuali untuk tidur dan setelah bebersih di pagi hari. Jadi baju dan celana kering selalu siap untuk digunakan saat diperlukan. Bebas dari keringat, bau apek, apalagi tanah-tanah kotor yang menempel di segala sisi. Ingat rule di atas. Jaga tubuh agar selalu kering!
11. Kompor & alat masak
Kalau ini masuknya perlengkapan tim. Jadi kalau pergi ramai-ramai, pastikan salah satu orang membawa kompor dan alat masak, ya. Kompornya pun bebas boleh kompor gas, spiritus, atau parafin. Yang penting bisa dipakai mengolah makanan dan masak air! Jangan lupa juga bawa gas cadangan, spiritus, atau parafin sebagai bahan bakar utama.
Tiap jenis punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kalau masakan mau cepat matang, tentu kompor gas juaranya. Panasnya pun lebih merata. Kelemahannya, jika kawanjo tak jago memasangnya, ia rentan meledak. Meski bukan ledakan besar, tapi tetap saja bisa bikin kebakaran kalau lagi apes atau cidera tubuh kalau kebetulan kawanjo berada sangat dekat.
Kalau spiritus, jelas lebih ekonomis dan kompornya pun mungil sehinga dikantongi pun bisa dan kalau ditaruh di carrier tak makan tempat. Namun apinya cenderung kecil dan terpusat di tengah sehingga makanan yang sedang dimasak matangnya bakal lebih lama dan kurang merata sampai ke pinggir-pinggir. Lalu bagaimana dengan parafin?
Sebelum digunakan ia harus dibakar dulu bagian pinggirnya sampai menyala. Lalu, parafin juga punya aroma yang tak semua orang menyukainya. Khas sekali. Seperti campuran bau plastik dan lilin yang terbakar, parafin memang jadi pilihan terakhir untuk dibawa naik gunung oleh pendaki yang sedang tidak dalam masa pendidikan.
Apinya besar, oleh karena itu baloknya cepat terbakar habis. Jadi lumayan boros kalau sering dipakai. Jadi untuk rekomendasi, Pigijo jelas lebih menyarankan untuk pakai kompor gas atau spiritus saja. Baru kalau tak ada, bolehlah coba pakai parafin. Meski matangnya terhitung cepat, tapi bagian bawah panci akan mudah gosong dan aromanya itu, lho. Hfhhh… Sulit dijabarkan.
Untuk kewajiban, tentu alat ini masuk level Fardu Ain atau paling WAJIB untuk dibawa karena kawanjo harus makan selama perjalanan. Makan hangat saat malam sebelum tidur dan pagi sebelum jalan lagi. Malam untuk mengembalikan energi dan pagi untuk mengumpulkan tenaga. Naik gunung tak boleh kelaparan! Nutrisi harus cukup agar kawanjo tetap sehat. Sakit di gunung itu gak enak, lho.
Lalu, bikin minuman hangat atau panas juga penting karena tubuh selalu perlu kehangatan dari dalam saat udara di luar terlalu dingin untuk dinikmati. Buatlah teh manis, jahe panas, kopi, atau minuman rempah lainnya. Selain bisa mengembalikan stamina, kawanjo juga akan rasakan nikmatnya meneguk minuman yang baru diseduh dengan air panas yang baru matang di atas gunung. Duh, tiada duanya!
12. Pisau lipat
Bukan digunakan untuk hal yang tidak-tidak, pisau lipat penting untuk membantu kawanjo dalam melakukan hal-hal sulit seperti misalnya mencungkil tutup kaleng, memotong tali rafia, memperbaiki sesuatu, memotong sumbu kompor, memotong ranting pohon, dan lain sebagainya. Hal yang jelas sulit dilakukan jika tak ada alat potong yang ukurannya kecil.
Namun bukan berarti dengan membawa pisau lipat kawanjo boleh memperlakukan alam semena-mena, ya. Kawanjo tetap tak boleh menebas tanaman di kebun warga tanpa izin, merusak hutan, apalagi sampai merusak fasilitas umum yang ada di gunung. Seperti misalnya mencungkil baut plang penunjuk arah atau buka jalur seenaknya. It’s a big no no! Gunakan seperlunya.
Oh iya, pisau lipat itu tersedia dari ukuran kecil sampai cukup besar ya. Jadi jangan pikir kalau pisau jenis ini tak bisa merusak hutan. Bisa banget malah! That’s why penggunaannya harus hati-hati. Jangan sampai mentang-mentang punya pisau, semua asal potong, semua asal tebas. Just don’t! Sebab bukan itu fungsi utamanya.
Baca juga: Catat 7 Hal ini Sebelum Mendaki Gunung!
13. Obat-obatan pribadi
Punya penyakit spesifik atau ingin jaga-jaga selama di perjalanan? Obat-obatan pribadi jangan sampai ditinggal, ya. Karena bisa dibilang hanya ini penyelamatmu saat tiba-tiba kumat di perjalanan. Infokan ke teman kawanjo kalau memang kawanjo punya penyakit khusus. Jadi saat kambuh, mereka bisa membantu kawanjo pulih dengan memberi obat yang sudah diinfokan.
Tak hanya itu, obat-obatan pribadi juga akan mebantu kawanjo untuk bisa tetap survive saat jauh dari rumah. Obat sesederhana obat merah, tetes mata, alkohol luka, plester, parasetamol, dan lain sebagainya adalah ‘barang mewah’ saat di atas gunung karena ada satu waktu nanti kawanjo akan sangat bergantung pada ketersediaannya. So, jangan sampai tak dibawa, ya.
14. Tali rafia
Hah? Bawa tali rafia buat apa? Tentu untuk mengikat sesuatu yang perlu diikat dong. Seperti misalnya fly sheet, pasak yang rentan goyang, kantong sampah, hammock, sampai benda lainnya yang memang perlu diikat. Pasti perlu deh! Tapi tak usah tiap orang membawanya. Satu saja cukup namun dengan gulungan yang lumayan besar terlebih jika perginya agak lama.
Oh, iya. Tali ini juga diperlukan untuk bikin jemuran pakaian dari pohon ke pohon, lho. Jadi pakaian kawanjo bisa kering keesokan harinya. Pokoknya banyak deh fungsinya. Pasti nanti ada satu momen di mana kawanjo dihadapkan pada satu masalah dan kawanjo nyeletuk “untung ada tali rafia! Semua jadi beres!”
15. Hot Water Bag
Banyak tersedia di e-commerce dan toko-toko konvensional lainnya, kantung air panas ini wajib kawanjo bawa untuk jaga-jaga kalau kawanjo mudah kedinginan sampai menggigil. Tidurlah dengan memeluk benda ini maka hipotermia dan penurunan suhu tubuh yang drastis bisa segera dihalau. Tak cuma itu, kantung ini juga bisa menyelamatkan siapa saja yang sedang lemas dan kurang fit.
Nyaman sekali untuk digunakan saat ngobrol malam atau dimasukkan ke dalam sleeping bag. Hangat! Kehangatan yang mungkin sebelumnya belum pernah kamu dapatkan di atas gunung. Sssttt, tapi jangan lupa bawa banyak gas cadangan, ya untuk mendidihkan air sebelum dimasukkan ke dalam kantung ini. Airnya pun jangan air minum. Sayang! Pakai air sungai atau danau saja..
16. Makanan manis
Then after, kawanjo harus bawa makanan manis seperti cokelat, permen, madu, atau gula batu untuk dikulum saat perjalanan. Selain berfungsi sebagai pengganti energi dan tenaga yang hilang, gula juga punya kemampuan untuk meningkatkan mood sehingga rasa lelah dan letih yang kawanjo rasakan selama trekking bisa berubah jadi perasaan yang menyenangkan.
Taruh di kantung celana atau bagian tas yang paling mudah digapai. Jadi saat kawanjo mulai kelelahan atau mulut terasa kering (penanda dehidrasi ringan), kawanjo bisa minum sedikit air dan kulum manisan yang kawanjo bawa. energi sedikit demi sedikit akan kembali lagi. Oh iya, jangan banyak-banyak ya. Simpan untuk nanti kalau kawanjo kelelahan lagi.
17. Air Bersih
Terakhir, satu benda yang tak boleh sampai tak dibawa adalah air! Iya, air bersih botolan yang biasa dijual di pasaran. Bawa sesuai kebutuhan atau lamanya kawanjo di atas gunung. Lalu, pelajari juga gunung yang akan kawanjo datangi. Apakah kaya akan mata air, sungai, atau danau. Jika gunungnya gersang atau didominasi tanah kering, maka bawalah air yang banyak.
Di sini, guna air tentu sangat banyak. Mulai dari minum, memasak, sampai membersihkan luka jika diperlukan. Selalu pisahkan air botol besar dan botol kecil di dalam tas kawanjo. Botol besar taruh di dalam, botol kecil tarus di luar tas bagian samping. Jadi jika kawanjo butuh minum, tinggal ambil! Namun biarpun begitu, kalau lagi jalan minumnya jangan banyak-banyak, ya.
Minum banyak air saat jalan dan dalam kondisi kelelahan hanya akan membuat perut kawanjo sakit dan tak nyaman untuk dibawa bergerak. Seteguk saja cukup hanya untuk menjaga tubuh agar tetap terhidrasi. Karena memang iya, konsumsi air harus diirit-irit. Karena kalau tidak nanti cepat habis dan saat diperlukan ia keburu tiada. Apalagi kalau gunungnya kering. Harus hemat air.
Kalau gunung yang kawanjo tuju memang banyak air seperti misalnya Gunung Salak atau Argopuro, maka simpan 1 atau 2 botol besar air untuk perjalanan pulang nanti. Sebab selama di gunung, kawanjo bisa gunakan air sungai atau mata air yang deras mengalir di sana. Mata air sudah pasti bersih, tapi air sungai harus disaring dulu, ya. Jangan sampai kotorannya ikut terbawa.
Masak sampai benar-benar matang agar kawanjo tak sakit perut. Kalau dari awal warna air tanah, sungai, atau danau sudah keruh, maka artinya itu sudah tak layak untuk dikonsumsi. Jadi lebih baik jangan diminum atau dimasak, ya. Karena itu namanya cari penyakit. Repot, lho kalau mulas di gunung apalagi sampai diare. Duh, melipirnya riweuh!
Sssstt, btw Pigijo punya sedikit life hack, nih. Kalau kawanjo lihat sungai di gunung yang pinggirnya ditumbuhi selada air, maka air sungai itu sudah pasti BERSIH! Kenapa? Karena selada air tak bisa tumbuh di air yang kotor. Jadi air sungai itu 100% consumeable! Asyik, kan. Airnya bisa diminum langsung, selada airnya bisa dimasak. Jadi dapat menu baru! wink.
Baca Juga : Fakta-fakta Ngetrip di Nusa Penida, Nomor 3 Bikin Makin Terpikat
0 comments on “17 Benda Wajib Dibawa Oleh Para Pendaki Pemula. Nomor 13 Jangan Sampai Ditinggal!”