Pernahkah kawanjo berpikir bahwa jalan-jalan sendirian bisa punya efek luar biasa dalam hidup? Tahukah jika bepergian tanpa travel mates bisa memberi memori yang jauh berbeda bahkan bekal hidup yang tak terduga? Jika kawanjo pernah nonton Into the Wild, Eat, Pray, Love, 172 Hours, The Beach, Motorcyle Diaries, Bahkan Wild, kawanjo tentu punya sedikit bayangannya.
Selain bisa bebas menentukan arah dan apa yang ingin dilakukan, nyatanya solo traveling juga bisa memberi banyak pengalaman yang begitu ‘mahal’. Apa yang kawanjo lihat, alami, dapatkan, hingga siapa yang ditemui, pada akhirnya akan jadi bekal seumur hidup yang mustahil terlupakan. Pigijo pun percaya! Malah, pengalaman itu bakal memperkaya hati dan caramu memandang kehidupan.
Oleh sebab itu, daripada berlama-lama, mari kita bahas lebih dalam mengenai asyiknya traveling sendirian bagi kawanjo yang belum pernah melakukannya. Disclaimer: It’s gonna be a long article. So, sit back and relax, drink your coffee, eat your toast, and read happily till the end. Enjoy!
- Menyusun semuanya sendiri
Saat bepergian sendiri, tentu kawanjo harus menyusun semuanya seorang diri. Yes, SEMUANYA! Mulai dari transportasi, akomodasi, sampai segala sesuatu yang berhubungan dengan keselamatan. Tak ada pakem khusus yang harus dipelajari untuk bisa khatam atas ‘keribetan’ ini. Karena tiap orang punya standar nyamannya masing-masing.
Ada yang nyaman naik pesawat charter, naik transportasi rakyat, atau tidur di rumah warga. Namun ada juga yang walau solo traveling, tapi mereka lebih senang untuk naik pesawat kelas bisnis, naik transportasi VIP, atau tidur di hotel mewah. Semua bebas karena ini adalah momen di mana kawanjo bisa tentukan sendiri apa pun yang kawanjo mau untuk dapat pengalaman baru.
Oleh sebab itu salah satu manfaat bepergian sendirian ini adalah juga untuk mengajarkan kawanjo tentang cara mengatur sesuatu. Mulai dari agenda harian, apa yang akan dilakukan dan yang ingin dikunjungi, perlu uang berapa, akan makan apa, hingga harus check-in/check-out jam berapa semua harus diurus oleh diri sendiri karena tak ada travel mates yang mengingatkan.
Jadi, inti dari poin ini juga adalah kawanjo harus disiplin diri. Jangan menganggap remeh sesuatu apalagi urusan waktu karena kawanjo sedang bergantung pada diri kawanjo sendiri di tempat yang begitu asing. Ingat film-film yang tadi Pigijo sebut di atas? Sudah nonton? Kalau sudah ya setidaknya hal-hal itulah yang mungkin akan terjadi saat sedang traveling sendiri.
Oleh sebab itu, untuk menyusun segalanya sendiri, kawanjo jelas butuh tahu beberapa hal penting yang tak boleh luput dari sesi perencanaan. PERTAMA yaitu budget, KEDUA yaitu interest, KETIGA adalah waktu, dan terakhir yang KEEMPAT adalah kesiapan serta keterbukaan diri. Kenapa empat poin ini amat krusial? Oke, mari kita pecah semuanya.
Pertama, BUDGET. Tak usah pergi jauh pun, dalam kehidupan sehari-hari pun semua orang butuh menganggarkan pengeluaran. Apalagi saat bepergian. Enaknya, saat pergi sendirian, uang yang keluar jadi tak terlalu banyak atau doubling-up karena hanya digunakan untuk menghidup atau menyenangkan diri sendiri. Tapi tetap saja kawanjo tak bisa seenaknya.
Pengeluaran untuk pesawat, kereta api, taksi, atau apa pun yang berhubungan dengan transportasi WAJIB dipisah dengan pengeluaran sehari-hari. Karena kalau uang transport kurang, nanti mobilitas jadi sulit dan bisa-bisa kawanjo terancam tak bisa pulang. Oleh sebab itu, ini harus disiapkan sejak awal bahkan dilebihkan untuk pengeluaran tak terduga.
Lalu untuk sehari-hari seperti makan, hotel atau akomodasi, dan lain sebagainya biasanya lebih fleksibel karena hotel sudah dipesan dari jauh-jauh hari dan makan tak akan membengkakkan anggaran sampai sebegitunya. Jadi kawanjo bisa sedikit lebih cair dalam menggunakan uang untuk keperluan ini. Tinggal diirit-irit saja jangan sampai kelaparan sampai pulang.
Kedua yaitu INTEREST. Coba untuk tentukan tempat mana saja yang ingin kawanjo datangi saat sedang traveling sendiri. Baik dari sebelum berangkat atau on-the-spot. Hal ini tetap harus diperhitungkan karena jarak akan menentukan transportasi. Jadi kalau lagi jalan-jalan tiba-tiba kawanjo punya ide untuk pergi ke satu tempat, nah urusan budget kendaraan harus jadi concern. Belum lagi jika tempat itu ada tiket masuknya. Ini yang bikin anggaran jadi bengkak biasanya.
Kalau tujuan kawanjo adalah traveling, maka selalu sediakan biaya tak terduga untuk hal-hal spontan di luar rencana. Lain halnya jika kawanjo pergi sendirian untuk liburan. Biasanya mau ke mana-mananya sudah direncanakan sejak awal. Tapi justru ini yang bikin pergi sendirian itu jadi seru. Karena repot-repot sendiriannya itu yang bakal bikin kangen!
Next, yang ketiga adalah waktu. Saat solo traveling, salah satu hal paling penting untuk diperhatikan adalah manajemen waktu terutama jika kawanjo mau mendatangi beberapa tempat sekaligus dalam satu kali perjalanan. Namun kalau kawanjo merupakan traveler yang let it go, let it flow, maka waktu yang paling wajib diperhatikan adalah jam pergi atau berangkat alat transportasi.
Terakhir yang keempat yaitu kesiapan dan keterbukaan diri. Saat berada di tempat baru, kawanjo harus siap melihat banyak perbedaan dan mengolahnya dalam logika sebagai keberagaman yang layak dihormati, dinikmati, dan dipahami. Don’t judge! Karena kita adalah pendatang yang harus manut pada aturan setempat. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Benar kan?
2. Belajar bahasa baru
Tak harus ke luar negeri, traveling sendirian keliling Indonesia saja memungkinkan kawanjo untuk dapat belajar bahasa baru. Karena kita pendatang, maka akan menyenangkan jika bisa bicara bahasa masyarakat setempat. Salah gak apa-apa atau keserimpet sedikit aksennya. Tapi yang penting kawanjo mau coba dan warga lokal pun akan sangat menghargainya.
Kenapa harus setidaknya coba belajar bahasa asli tempat yang kita kunjungi? Karena dengan begitu kawanjo jadi lebih mudah untuk blend-in dengan societies. Apa keuntungannya kalau berhasil blend-in? Banyak! Salah satunya adalah jika menemukan kesulitan, maka sedikit banyak kawanjo akan lebih mudah untuk dibantu dan meminta bantuan. Ini akan sangat memudahkan perjalanan.
Selain itu, belajar bahasa sama saja belajar berkomunikasi dengan orang asing di mana hal tersebut dapat memperkaya pemahaman kita akan budaya di satu tempat. Mulai dari Sabang sampai Merauke atau dari seluruh wilayah dunia, semua punya bahasa sendiri-sendiri yang sedikit banyak menggambarkan kebudayaan asli mereka. Bahasa terbentuk karena budaya dan budaya punya peran penting dalam membentuk aksen, lafal, serta kata-kata.
Oleh sebab itu, jangan paksa orang lain untuk mengerti kita padahal kita yang sedang berada di kota atau negaranya. Kita lah yang harus memaksa diri untuk membuat mereka mengerti dengan belajar bahasa komunikasi yang sederhana. Dijamin segala sesuatunya akan terasa lebih mudah, helpful, dan menyenangkan. Kawanjo pasti bangga pada diri kawanjo sendiri! Hehehe!
3. Jangan traveling sendirian kalau hati sedang kalut
Hayo ngaku, kawanjo pasti sering berpikir kalau habis putus cinta atau sakit hati yang luar biasa pasti rasanya pengen langsung jalan-jalan, kan? At least, istilah ‘kabur dari masalah’ bisa benar-benar dilakukan. Padahal, hal ini justru takkan baik untuk dilakukan. Well, memang sih kawanjo akan datang ke tempat bagus atau ketemu orang baru yang bisa bikin lupa sama masalah yang ada. Tapi…..
Kalau kawanjo sedang ada dalam transportasi yang butuh waktu lama untuk sampai di tujuan seperti kereta atau bus, kawanjo pasti akan dihinggapi oleh pikiran dan rasa kesal dari masalah yang sedang dihadapi. Belum lagi kalau pas pulang ke hotel dan akan istirahat. Kondisi kawanjo yang sedang sendirian akan bikin kawanjo berbincang dengan isi kepala sendiri di mana yang ada, masalah yang ingin dihindari itu malah kadang kepikiran lagi, lagi, dan lagi. Aarghhh!
Ini yang bikin tak menyenangkan. Apalagi kalau pergi saat sedang emosi terus kawanjo ingin melampiaskannya dengan mabuk-mabukan di tempat tujuan. Duh, malah bisa berantakan jadinya. Bahaya! So, kalau mau solo traveling mending saat hati lagi senang saja, yaaaa. Atau memang perasaan lagi netral-netral saja. Jadi semuanya bisa lebih terkontrol.
Baca juga: 4 Hal Ini Selalu Terjadi Saat Mau Ngetrip, Terutama Poin 2
4. Semua terserah kamu
Intinya kenapa kawanjo harus coba traveling sendirian at satu kali seumur hidup adalah, karena semua terseraj kawanjo! Like literally. Kawanjo mau apa, mau ke mana, mau makan apa, mau nginep di mana, semua TER.SE.RAH! Gak perlu tuh minta persetujuan dari travel mates mau ke tempat A atau enggak atau tunggu-tungguan karena si B geraknya lama.
Kawanjo juga jadi punya pengalaman dalam hal manajemen waktu, menyelesaikan masalah sendiri, membuka diri dalam society, mengambil keputusan sendiri, menjaga diri sendiri, dan jadi amat mandiri. Dari sini, bisa dipahami bahwa manfaat solo traveling jadi amat banyak karena tak cuma memperkaya pengalaman, kawanjo juga dapat memperkaya hati dan pikiran.
Meski semua terserah kawanjo, meski kawanjo punya begitu banyak kebebasan untuk menentukan pilihan, namun tetap saja kawanjo harus bertanggung jawab dalam membawa diri kawanjo sendiri. Eksplor sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya namun tetap patuhi aturan setempat dan jangan pernah merasa superior di tengah lingkar sosial yang baru kawanjo kenal dan kunjungi.
Biarpun menyenangkan bertemu banyak orang baru, namun kawanjo tetap harus tajamkan insting kewaspadaan karena tantangan terbesar dalam solo traveling adalah sulitnya mengetahui mana orang-orang yang benar ingin membantu dan mana yang hanya memanfaatkanmu. Insting dasar inilah yang harus dilatih. Semakin sering bepergian, akan semakin tajam intuisi tersebut.
5. Sebuah pengalaman
Terakhir, Pigijo sempat bertanya pada dua orang solo traveler yang sudah jalan ke mana-mana. Ada Salli Sabarrang (@sallisabarrang) yang senang pergi seorang diri ke remote area seperti Pakistan, Ethiopia, hingga Kenya, dan Nurul Fajria (@nurul_fajria) yang senang keliling Eropa dan Bali tanpa ditemani travel buddy. Pada Pigijo mereka berkisah tentang betapa solo traveling memberi kenangan yang tak terlupakan dalam hidupnya dan punya efek nagih yang luar biasa.
“Setelah terbiasa traveling sendirian, gw ngerasa jadi lebih terorganisir dalam melakukan banyak hal, jauh lebih mudah terbuka pada orang baru, dan belajar untuk menekan rasa takut yang dulunya mungkin gak pernah kepikiran bahwa rasa itu akan berhasil gw kalahkan. Maka, di sini, poin utamanya adalah kalau sendirian, ya sebisa mungkin atasi semua sendiri walau sebenarnya ketakutan“
Di sini, ia coba mengisahkan bahwa ketika solo traveling, kita cuma punya diri kita sendiri. Jadi semua rasa yang mucul seperti takut, senang, sedih, kuatir, dan lainnya, harus dirasakan, dikenali, dan coba dikendalikan sendiri. “Lalu kalau pergi sama teman, mostly pasti kita akan ngobrol sama dia. Kalau sendiri, kan mau gak mau pasti bakal kenalan sama orang baru. Itu yang seru” tambahnya.
Dalam obrolan Pigijo bersamanya, ia memberitahu bahwa selama traveling sendirian, ia hampir tak pernah menginap di hotel karena lebih memilih untuk bermalam di hostel yang satu kamar isi 4 orang atau di rumah warga saat ia sedang masuk ke masyarakat adat. Buatnya ini jauh lebih valuable ketimbang menghabiskan malam di hotel sendirian tanpa dapat memori apa-apa.
Ia jadi lebih bisa bertukar cerita dengan traveler lain, mendengar banyak tip & trick perjalanan dari yang sudah berpengalaman, membuka pertemanan baru, tahu lebih banyak tempat menarik yang belum pernah ia kunjungi, dan lebih dekat dengan kebudayaan setempat saat ia tidur di rumah warga. Semua punya kisahnya masing-masing yang akan ia bawa sampai tua.
“Buat gw, tiap orang memang punya karakter masing-masing dalam bepergian. Ada yang senang pergi bareng teman, pacar, keluarga, dan lain sebagainya. Tapi menurut gw, keuntungan dari solo traveling adalah kita jadi memaksa diri untuk belajar lebih berani menghadapi sesuatu terutama rasa takut. Jadi dalam hidup kita pun bisa mandiri dan learn to handle everything by ourself.” tukasnya.
“Sebenarnya mungkin yang bikin orang males solo traveling itu biasanya adalah mereka takut ‘geje’. Kayak, ih nanti gw sendirian ngapain ya? Terus ke mana, ya? Aneh gak sih duduk di restoran sendirian atau tiba-tiba sok asik nyapa orang? Kalau ada apa-apa gimana? Nah, hal-hal itu lah yang biasanya bikin orang jadi berpikir dua kali untuk pergi sendirian. Takut kebingungan!” Jelasnya.
That’s why saat ditanya apa hal yang paling ia rindukan saat solo traveling, jawabannya sederhana dan sangat manusiawi, yaitu “Gw kangen deg-degannya. Setiap di airport mau berangkat dan sebelum sampai ke tempat tujuan tuh deg-degannya bukan main. Tapi pas sampai di destinasi terus ketemu orang baru yang pada akhirnya jadi teman, semua rasa kuatir itu berubah jadi happiness!”
Lalu, lain Salli lain pula definisi solo traveling bagi Nurul. Baginya, solo traveling bukanlah menikmati perjalanan sendirian melainkan menemukan teman perjalanan baru untuk mencapai goal yang sama. “Jadi kalau gw berangkat traveling sendirian, begitu sampai tujuan gw sebisa mungkin langsung cari cara untuk dapat teman and I always did!” jelasnya.
Baca juga: Bosan PPKM? Keliling Dunia Dengan 12 Tur Virtual Ini, Yuk!
“Jadi hari pertama kedua biasanya gw masih sendirian. Tapi hari ketiga gw langsung cari kenalan, biasanya sih dari hostel karena sesama traveler, untuk nemuin interest yang sama lalu pergi bareng ke beberapa tujuan. Amat sangat menarik untuk tahu pandangan mereka terhadap apa yang sama-sama kita lihat tapi karena latar belakang budaya yang berbeda, point of view nya pun jadi jauh berlainan. Ini yang menarik dan bikin gw selalu kangen solo traveling.”
Lalu, satu hal paling menarik yang ia sebutkan adalah “solo traveling itu memang bikin kita mandiri. Karena kita budgeting sendirian, kalau ada masalah diselesaikan sendirian, nyasar pun harus cari jalan keluar sendirian, tapi pas sampai di tujuan, kita gak pernah benar-benar sendirian. Ada banyak teman baru yang bikin hati dan dunia kita tiba-tiba jadi ramai dan menyenangkan“.
Tak cuma itu, solo Traveler yang juga berprofesi sebagai guru ini pun mengatakan bahwa “sebenernya gak ada bedanya antara traveling with someone dengan traveling without anyone. Kalrena kan sebenarnya esensi traveling kalau buat gw bukan itu. Tapi gimana cara kita have fun di tempat yang akan kita tuju. Jadi ketika merasa perlu teman, jalan satu-satunya adalah make new friends!”
Dari situ ia pun menyarankan untuk siapa pun, setidaknya satu kali seumur hidup untuk coba solo traveling. “Karena buat gw, hal ini jadi semacam crazy experience yang bisa jadi bahan refleksi. Kalau salah jalan ya berarti salah kita sendiri, melakukan kebodohan ya berarti akibat bego-begonya kita sendiri, macem-macem lah pokoknya. Semua yang terjadi ya pasti karena kita sendiri“
“Jadi sebenarnya kita seperti berbincang dengan diri kita sendiri yang mana dalam keseharian jarang kita lakukan. Ini sebenarnya jadi momen refleksi paling bagus kalau buat gw pribadi karena gw jadi bisa denger apa yang hati dan diri gw mau. Nah, saat itulah gw baru bisa tau kapasitas gw tuh sampai di mana dan kelemahan gw itu apa aja“, sambungnya lagi.
Dari sini, kawanjo sedikit banyak jadi bisa tahu bahwa solo traveling itu tak melulu tentang pergi sendirian tapi bagaimana kita bisa membuka diri selebar-lebarnya untuk melihat dunia. Belajar komunikasi dan kenalan dengan orang asing sampai menikmati kelebihan dan kekurangan diri kita sendiri. That’s why pengalaman ini Pigijo rekomendasikan untuk dicoba.
“Kalau pergi sama temen, minimal berdua aja, otomatis kita pasti jadi tergantung sama dia. Nah, hal ini yang bikin jiwa survive kita jadi gak muncul. Jadi gak belajar dan ga terpaksa untuk beradaptasi dan buka diri. Kalau sendirian kan semua harus dilakuin demi mencapai happiness yang dituju ketika traveling. Ini justru yang bikin ketaguhan! Hehehe..” tutupnya mengakhiri perbincangan.
Baca Juga : Tempat dan Zodiak yang Cocok Untuk Melakukan Solo Traveling
0 comments on “Setidaknya Sekali seumur Hidup, Kamu Harus Traveling Sendirian. Kenapa?”