Ada yang istimewa pada saat peringatan Sumpah Pemuda di tahun 2021 kemarin. Mark Zuckerberg ikut menjadikan hari bersejarah tersebut untuk mengumumkan perubahan nama Facebook sebagai induk usaha menjadi Meta.
Di saat yang sama frasa teknologi Metaverse mendadak ramai diperbincangkan; walau banyak yang jujurly mengakui, sebenarnya mereka pun masih belum paham barang apa Metaverse itu?
Baca Juga: 6 Tradisi Sambut Tamu Unik di Indonesia, Ada yang Ekstrem Juga Loh!
Tapi yang pasti, berita perubahan nama ini seperti membawa harapan baru bagi umat manusia di seluruh dunia. Apalagi pandemi Covid-19 yang telah memasuki usia dua tahun dan masih belum juga tuntas.
Varian-varian baru terus bermunculan seperti film seri sinetron nasional. Membawa ketegangan di ending, saat masuk cerita kembali biasa lagi. Begitu terus. Penonton butuh tema baru.
Kata Metaverse juga membuat “universe” cryptocurrency yang sudah heboh sejak dimulainya pandemi; seperti mendapatkan “varian” baru untuk memperpanjang hype investasi dunia digital ini. Misalnya, istilah NFT yang sudah dikenalkan di tahun 2019, sontak naik jadi trending.
Baca Juga: Kembali dari Desa, Para Mahasiswa Peserta Magang Merdeka Pigijo Kini Kebut Produk Paket Wisata
Bagaimana penjelasannya? Lukisan digital – tidak jelas bagi yang tidak paham karya seniman Mike Beeple Winkelmann berjudul Everydays: the First 5000 days dihargai 69,3 juta dollar AS atau setara Rp.1 Triliyunan. Atau karakter Cryptopunk – kumpulan karakter digital yang dikembangkan Studio Larva Labs diperdagangkan dengan nilai 11,8 juta dollar AS.
Logika umum dunia keuangan di mana “nilai mengikuti jaminan aset fisik”, seolah tidak berlaku. Mata uang crypto saja tidak ada underlying-nya. Alias tidak ada jaminan fisik atas nilainya. Apalagi NFT ini. Oh iya, kedua karya ini, dan karya-karya sejenis lainnya diperdagangkan dengan mata uang Crypto.
Di tengah heboh Metaverse, muncul berita varian Omicron di akhir tahun. Varian dari Covid-19 ini dikabarkan menyebar lebih cepat dibandingkan dengan varian yang sebelumnya. Amerika Serikat dilaporkan memiliki tingkat penyebaran dan terinfeksi yang tertinggi di dunia.
Selanjutnya, kembali pola yang sama terulang. Banyak negara pun kembali menerapkan aturan lockdown.
Baca Juga: Menjelajah Surga Tersembunyi di Sulawesi Tenggara
Lalu, bagaimana nasib pariwisata dunia, khususnya Indonesia?
Saya pribadi tidak berani membuat prediksi yang optimis, tapi di saat yang sama ingin juga membuat prediksi yang membawa harapan. Mungkin sudah saatnya kita bersama memikirkan.
Bagaimana caranya menjadikan pengalaman berwisata ini dikaitkan dengan NFT di dunia Metaverse dahulu, sebelum menjalani pengalaman wisata di dunia nyata. Saya tunggu di kolom komen.
Baca Juga: 11 Hotel Unik dan Anti-Mainstream Untuk Staycation di Jakarta
Untuk menjelajahi paket-paket wisata menarik ke seluruh Indonesia, kamu bisa cek di sini.
0 comments on “Metaverse, NFT, Omicron dan Pariwisata Indonesia di 2022”