Geopark Nasional Raja Ampat selain menjadi kebanggaan warga Papua, juga telah menyenangkan hati penduduk Nusantara. Dalam acara The 10th International Conference UNESCO Global Geopark di Marrakech, Maroko, pada tanggal 7 hingga 9 September 2023, penghargaan sertifikat UNESCO Global Geopark (UGG) diserahkan pada Raja Ampat.
Kabupaten Raja Ampat memang memiliki potensi istimewa. Baik di atas permukaan maupun di dalam lautan. Atas kekayaan alam dan sejarah perkembangan bumi yang tersimpan di dalamnya, UNESCO menetapkan sebagai salah satu kekayaan dunia yang harus dijaga bersama-sama. kelestariannya secara bersama-sama.
Lokasi Geopark Nasional Raja Ampat
Kawasan Geopark sebagian besar berada di area tengah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya. Untuk batas perairan, geopark Raja Ampat menggunakan Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Suaka Laut Nasional. Sedangkan di darat, berbatasan dengan wilayah administrasi kabupaten dan cagar alam.
Geopark Raja Ampat mencakup 4 pulau utama di Kabupaten Raja Ampat, yakni Pulau Waigeo, di bagian utara (termasuk Kepulauan Wayag yang berada di kawasan paling utara). Yang kedua adalah Pulau Batanta, selanjutnya Pulau Salawati di bagian tengah, dan Pulau Misool di bagian selatan. Perairan diantara pulau-pulau besar menjadi bagian dari Geopark Raja Ampat. Termasuk di dalamnya adalah pulau-pulau kecil di antaranya.
Baca juga: Geopark Rinjani Lombok, Apa Masih Tetap Bertahan?
Program Geopark Nasional Raja Ampat
Semenjak bulan November 2017, kawasan Raja Ampat telah ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional oleh Kementerian Kemaritiman Indonesia. Bila mengacu pada standar dari UNESCO, Raja Ampat sudah memiliki tiga unsur utama dalam geopark, yaitu geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity. Ketiganya menjadi tujuan untuk terus dijaga dalam kegiatan yang tersusun rapi. Berikut adalah penjelasannya:
- Geodiversity
Batu-batuan yang terhampar di wilayah Raja Ampat Geopark, yang menjadi bagian dari nilai keanekaragaman warisan geologi atau geodiversity mewakili hampir sepersepuluh usia bumi. Sejarah geologi di Raja Ampat dimulai sejak ratusan juta tahun lalu sampai sekarang. Batuan malih di Misool menjadi batuan tertua yang tersingkap di Raja Ampat telah berumur 439-360 juta tahun.
Dalam program geopark, warisan geologi tersebut harus terus dilindungi dan dilestarikan melalui edukasi dan pengembangan geo wisata. Beberapa program diantaranya adalah Geosite Tangguh Bencana, Perlindungan Situs Geopark, Penguatan Komunitas Geo wisata, Geopark Goes to School, Pengembangan Media Informasi Geopark, dan lain sebagainya.
- Biodiversity
Keanekaragaman geologi yang berada di lingkungan Geopark Raja Ampat lalu membentuk kekayaan habitat atau biodiversity baik darat maupun lautan. Sehingga Raja Ampat memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Berbagai jenis flora dan fauna endemik yang bisa jadi tidak ada di belahan bumi lain, karena itulah, sebesar 66% wilayah daratan Raja Ampat merupakan Cagar Alam dengan 7 kawasan konservasi darat seluas 399.564 hektar.
Sedangkan, keanekaragaman hayati lautan didukung oleh letak Raja Ampat yang berada dalam Coral Triangle, yakni kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar di bumi. Raja Ampat kemudian dijuluki “The Heart of Coral Triangle” atau Jantung Segitiga Karang Dunia, yang memiliki lebih dari 75% jenis karang dunia atau sekitar 540 jenis karang keras.
Maka dari itu, Geopark Nasional Raja Ampat memiliki wilayah konservasi laut yang luas. Sistem geopark bertujuan mewujudkan konservasi dan edukasi keanekaragaman hayati sekaligus ekosistemnya. Adapun program yang dilaksanakan seperti Ocean Debris, Smart Patrol Geosite, School Goes to Geopark, Pengelolaan dan Pengolahan Sampah dan Limbah Cair, Pengembangan Produk Kerajinan Lokal dan Olahan Ikan serta Kuliner Hasil Laut.
Baca juga: Jangan Dilewatkan! Open Trip Raja Ampat 4 Hari Cuma 4 Jutaan
- Cultural Diversity
Warisan budaya lahir dari membaurnya berbagai suku asli pribumi dan orang-orang pendatang. Mereka hidup tersebar di pulau-pulau Raja Ampat. Keanekaragaman ini menghasilkan kekayaan budaya baik yang berupa benda maupun non benda.
Warisan budaya benda yang ada di wilayah Geopark Nasional Raja Ampat adalah seni-lukisan batu dinding yang diperkirakan dibuat 4.000 tahun yang lalu. Ada juga sampah dapur milik manusia pra sejarah. Sedangkan warisan budaya non benda tercermin dalam kesenian serta cerita rakyat yang berkembang di masyarakat.
Geopark melaksanakan beberapa program yang bertujuan mewujudkan pelestarian budaya secara berkelanjutan, yaitu perlindungan potensi budaya lokal, Festival Pesona Raja Ampat, penguatan kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam laut berkelanjutan, juga peningkatan kapasitas masyarakat dan OPD dalam Rencana Aksi Daerah untuk Perubahan Iklim.
Baca juga: Nambah Lagi, Ini Dia 4 UNESCO Global Geopark Terbaru di Indonesia!
Geopark Nasional Raja Ampat menjadi cara untuk melindungi dan meningkatkan konservasi alam seisinya. Sebagaimana filosofi leluhur Raja Ampat, yakni “Hutan adalah Mama, Laut adalah Bapak, dan Pesisir adalah Anak” mereka mengerti bahwa menyelamatkan alam harus dilakukan secara kesatuan.
Geopark Nasional Raja Ampat adalah sebuah kebanggaan bagi warga Papua dan seluruh penduduk Nusantara. Keberagaman geologi dan lingkungan di Raja Ampat merupakan warisan yang sangat berharga, dan program-program seperti Geosite Tangguh Bencana, Perlindungan Situs Geopark, serta pengembangan geo wisata merupakan langkah penting dalam menjaga geodiversity. Program-program seperti Festival Pesona Raja Ampat dan perlindungan potensi budaya lokal merupakan langkah dalam menjaga kekayaan budaya ini.
Geopark Nasional Raja Ampat memiliki program yang bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkunga seperti Ocean Debris, Smart Patrol Geosite, School Goes to Geopark, Pengelolaan dan Pengolahan Sampah dan Limbah Cair, Pengembangan Produk Kerajinan Lokal dan Olahan Ikan serta Kuliner Hasil Laut. Hal ini dapat membantu wisatawan yang ingin berkunjung ke Geopark Raja Ampat untuk mengetahui lebih lanjut tentang tempat wisata yang menarik ini dan bagaimana mereka dapat membantu menjaga kelestarian alam di kawasan tersebut.
Raja Ampat dijuluki “The Heart of Coral Triangle” atau Jantung Segitiga Karang Dunia, yang memiliki lebih dari 75% jenis karang dunia atau sekitar 540 jenis karang keras.
Raja Ampat sudah memiliki tiga unsur utama dalam geopark, yaitu geodiversity, biodiversity, dan cultural diversity. Sistem geopark itu sendiri bertujuan mewujudkan konservasi dan edukasi keanekaragaman hayati sekaligus ekosistemnya. Geopark melaksanakan beberapa program yang bertujuan mewujudkan pelestarian budaya secara berkelanjutan, yaitu perlindungan potensi budaya lokal, Festival Pesona Raja Ampat, penguatan kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam laut berkelanjutan.