Tanggal 8-11 September 2023 adalah penyelenggaraan Sawahlunto International Songket Silungkang Carnival (SISSCa) yang kesembilan kalinya. Event tahunan ini meneruskan misi utama mengenalkan daerah ‘Kota Tambang Berbudaya’ beserta produk kebanggaannya. Ada sejarah yang membanggakan dibalik kejayaan songket Silungkang kota Sawahlunto ini. Salah satunya menjadi semakin populer karena penyelenggaraan Karisma Event Nusantara 2023 di Sumatera Barat ini.
Setiap tahun, gelaran SISSCa selalu mampu menyedot perhatian banyak orang dari berbagai penjuru. Kemeriahan acara tersebut selalu berhasil mempublikasikan songket sebagai salah satu warisan budaya daerah Kota Sawahlunto. Semakin terkenal, otomatis roda ekonomi masyarakat akan semakin cepat bergerak.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Kereta Api Indonesia di Museum Kereta Api Sawahlunto
Sejarah Songket Silungkang Kota Sawahlunto
Kain tenun songket Silungkang adalah produksi unggulan lokal di Kota Sawahlunto. sehingga butuh dilestarikan kerajinan ini melalui pemberdayaan ekonomi.
Dengan alat sederhana non mesin yang terbuat dari kayu dan bambu, para pengrajin berhasil mengubah benang menjadi kain songket Silungkang yang menawan. Menjadi jati diri kebanggaan masyarakat Sumatera Barat dan Indonesia tentunya.
Baca Juga: Yuk, Intip Rekomendasi Wisata di Kota Sawahlunto yang Wajib Kawanjo Kunjungi
Dibalik keindahannya, songket khas Silungkang Sawahlunto memiliki sejarah panjang yang mulia. Inilah uraiannya:
- Faktor Geografis
Syahdan, Kecamatan Silungkang di Kota Sawahlunto memiliki kondisi alam yang sempit, berbukit-bukit, dan didominasi bebatuan. Sehingga masyarakat kesulitan untuk bercocok tanam. Masyarakat Silungkang kemudian mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Pengaruh Budaya Luar
Singkat cerita, masyarakat Silungkang banyak yang mencoba merantau dan berdagang ke luar wilayahnya. Sekitar abad ke-12 dan ke-13, mereka mengarungi samudera hingga sampai ke semenanjung Malaka bahkan sampai di Patani Siam (Thailand). Di negeri Siam inilah orang Silungkang mengetahui cara membuat songket. Mereka berinisiatif untuk belajar dan hingga akhirnya mahir, mereka memutuskan untuk pulang kampung. - Awal Menenun
Kebetulan, para wanita di Silungkang banyak yang hanya berdiam di rumah. Maka, gayung bersambut. Para perantaupun mengajarkan ilmu membuat songket pada kaum hawa. Semenjak itu mulailah beberapa orang wanita Silungkang membuat songket.
Pada awalnya, mereka membuat songket hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarganya saja. Pelan tapi pasti, mereka mulai menerima pesanan dari tetangga sekitar. Hingga akhirnya menerima pesanan dari pembesar kerajaan dan Pangulu-Pangulu Nagari. Beberapa tahun berselang, sering pula ibu-ibu pejabat pemerintah membawa songket Silungkang untuk dipamerkan ke luar negeri seperti Belanda.
- Pemasaran
Sejak tahun 1900, songket Silungkang tidak hanya berupa kain sarung saja. Melainkan sudah dikreasikan menjadi selendang, ikat kepala, ikat pinggang lelaki, sarung bantal kursi, baju, sapu tangan, dan lainnya.Selain bangsa sendiri, masyarakat Tionghoa dan pembesar Belanda yang akan pulang ke negaranya adalah pelanggan setia songket Silungkang. Sejak tahun 1915, masyarakat Silungkang banyak yang menjual songket di Pelabuhan Teluk Bayur dan Belawan Medan. Mereka menawarkan kepada para penumpang kapal-kapal Belanda yang akan bertolak negeri asalnya.Baca Juga : Kamu Pasti Mau! 2 Hari Eksplor Pulau Harapan Nggak Sampai Rp400 Ribu - Prestasi
Pada Pekan Raya Ekonomi Eropa di Brussel di tahun 1910, kain songket Silungkang tampil. Dua pengrajin songket asal Silungkang, Ande Bainsyah dan Ande Baiyah, membawa hasil karya mereka atas undangan dari Ratu Belgia. Kain songket ini pun menjadi semakin terkenal dan banyak diminati.Pada tahun 2018, pengalaman serupa terulang kembali. Mewakili generasi milenial, seorang Anita Dona Asri mewakili Indonesia mengikuti ajang European Development Days 2017. Event di Brussel Belgia ini merupakan pameran kerajinan tingkat dunia.Dona membuktikan bahwa songket Silungkang bisa menjadi produk andalan bernilai ekonomis tinggi. Kemudian pada tahun 2018 ia kembali mendapatkan kesempatan berpameran di luar negeri. Yakni apda ajang Festival Indonesia-Moscow. Dona memanfaatkan pengalaman berharga ini untuk menjadikan songket Silungkang makin dikenal sebagai mahakarya seni yang berharga. - SISSCa
Dari tahun ke tahun, kain tenun songket Silungkang semakin kuat menjadi identitas Kota Sawahlunto. Apalagi terdapat fakta bahwa, Museum Rekor Indonesia (MURI) telah menobatkan kota ini sebagai daerah pengguna songket terbanyak. Yaitu sebanyak 17.290 warga yang mengenakannya pada 28 Agustus 2015 silam. Hal ini pun turut memberi imbas positif pada dunia pariwisata di Sumatera Barat.
Melalui sejarah yang panjang, pemerintah dan masyarakat pun berkolaborasi. Sama-sama berkomitmen untuk terus mengembangkan dan mempertahankan songket Silungkang kota Sawahlunto. Sebagai kekayaan tradisi Minang yang juga mampu mendongkrak popularitas dunia wisata di Sumatera Barat.
0 comments on “Songket Silungkang Bukti Sejarah Hebat di Kota Sawahlunto Sumatera Barat ”