Minum kopi telah menjadi bagian dari masyarakat Aceh. Kebiasaan meneguk minuman berwarna pekat ini telah dilakukan sejak berabad-abad yang lalu. Dari kalangan masyarakat manapun, mereka menggemari kopi terutama yang berasal dari tanah sendiri. Ya, sejarah kopi Gayo membuktikan bagaimana secangkir kopi bisa membuat warga Serambi Mekkah berbangga hati.
Tak heran jika suatu ketika Kawanjo berada di sini, semisal saat menjelajahi tempat wisata di Aceh, akan menemui banyak penjual kopi. Baik di warung sederhana hingga resto bintang lima. Kebiasaan minum kopi seolah sudah mendarah daging bagi masyarakat di sini. Apalagi Aceh menjadi kota penghasil kopi yang terkenal, bahkan hingga ke luar negeri.
Kopi Gayo
Namanya berdasarkan tempat kopi ini berasal. Yakni dari daerah dataran tinggi Gayo di Aceh. Sebuah daerah yang menjadi sentra perkebunan kopi Arabika dan Robusta terbaik di Indonesia. Jika berkesempatan berkunjung ke sini, Kawanjo akan diajak memanen biji kopi secara langsung dan mengolahnya dengan teknik tradisional.
Jangan lupa untuk juga merasakan langsung kopi Gayo di daerah asalnya. Temukan sensasi yang otentik dan berbeda dari jenis kopi lainnya.
Kopi Gayo dikenal memiliki cita rasa yang tidak terlalu pahit dan tingkat keasaman yang cukup rendah. Dari segi aroma, Kopi Gayo memiliki karakteristik rempah atau spice. Sedangkan dari segi rasa, kopi ini memiliki sentuhan manis, nutty, dan cenderung buttery.
Dengan cita rasa dan karakteristik unik tersebut, tidak mengherankan jika kopi Gayo telah mendunia. Kopi Gayo juga digunakan sebagai bahan baku utama dalam berbagai olahan kopi yang dijual di toko-toko kopi di seluruh dunia.
Baca Juga: Berwisata di Masjid Aceh yang Selamat dari Tsunami, Kaya Hikmah Menyentuh Hati
Sejarah Kopi Gayo
Pada sekitar abad ke-19, Pemerintah Kolonial Belanda memperkenalkan kopi sebagai komoditas perkebunan di Aceh Tengah. Pada tahun 1930-an, Pemerintah Belanda mulai membuka perkebunan kopi di Belang Gele (sekarang Kabupaten Aceh Tengah) dan Bergendal (Kabupaten Bener Meriah) setelah melakukan pemetaan untuk menentukan lokasi terbaik bagi penanaman Kopi Gayo. Di Belang Gele, Belanda membuka lahan seluas 125 hektare yang dilengkapi dengan pabrik pengolahan dan perumahan untuk pekerja.
Mayoritas pekerja di perkebunan kopi Belang Gele direkrut dari Pulau Jawa oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Hal ini dibuktikan dengan adanya warisan sejarah berupa lahan perkebunan dan pekerja yang kemudian menetap dan berasimilasi dengan masyarakat suku Gayo. Pada tahun 1942, perkebunan kopi yang dikelola oleh masyarakat Gayo sempat terlantar. Setelah kemerdekaan, perkebunan kopi kembali berkembang, terutama setelah selesainya peristiwa G30S/PKI dan DI/TII pada tahun 1960-an.
Pasca kemerdekaan, Kopi Gayo menjadi komoditas andalan meskipun sektor lain juga tetap diandalkan. Lahan perkebunan kopi Gayo terus berkembang setiap tahun. Saat ini, lahan perkebunan kopi di Dataran Tinggi Gayo telah mencapai luas sekitar 90 hektar.
Jenis Kopi Gayo
Ternyata kopi Gayo memiliki beberapa jenis. Karakteristik masing-masing mampu memperkaya khazanah dunia per-kopi-an di area lokal maupun internasional. Berikut adalah beberapa jenis kopi Gayo yang ada:
- Bergendal. Bergendal adalah salah satu varian Kopi Gayo yang termasuk dalam jenis Arabika. Namanya berasal dari bahasa Belanda, Berg yang berarti gunung dan Dal yang berarti lembah. Kopi ini ditanam di perkebunan di Bener Meriah, Aceh, pada ketinggian 1.200 hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Rasanya sedikit fruity dengan sentuhan herbal dan rempah serta memiliki tingkat keasaman yang rendah.
- Sidikalang. Kopi Sidikalang merupakan jenis kopi Gayo yang tumbuh pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut. Kopi ini memiliki masa hidup tanaman yang panjang jika dirawat dan diproses dengan baik.
- Rambung. Kopi Rambung adalah varian kopi Gayo dengan biji terbesar di antara kopi Arabika lainnya yang ditanam di Gayo. Kopi ini memiliki pertumbuhan yang cepat dan membutuhkan lahan lebih luas untuk budidayanya.
- Timtim Arabusta. Jenis ini adalah hasil persilangan antara Arabika dan Robusta yang awalnya ditanam di Timor Timur. Setelah tahun 1980-an, kopi ini dibawa dan dikembangkan di dataran tinggi Aceh.
Baca Juga: Adem, Wisata Religi ke Masjid Agung Meulaboh Aceh
Aceh tak hanya terkenal dengan budaya minum kopi di tengah masyarakat. Ternyata sejarah kopi Gayo menjadi bukti bahwa Kota Serambi Mekah juga berhasil sebagai daerah penghasil minuman ber kafein ini. Tak main-main, kopi yang dihasilkan dari daerah ini juga berhasil menjadi idola banyak orang dari seluruh penjuru dunia.
0 comments on “Bikin Bangga Warganya, Ternyata ini dia Sejarah Kopi Gayo”