Dark Tourism, sudah pernah dengar istilah ini, belum? Dark Tourism adalah tren pariwisata yang sangat menarik, Kawanjo. Meskipun jika diartikan ke bahasa Indonesia menjadi ‘wisata gelap’, namun makna sesungguhnya bukan itu. Mungkin, padanan kata yang lebih cocok untuk menerjemahkan Dark Tourism adalah ‘wisata kelam’.
Kenapa disebut sebagai ‘wisata kelam’? Karena konsep dari tren Dark Tourism ini adalah melakukan kunjungan ke tempat-tempat terjadinya tragedi yang menyedihkan di masa lampau. Lokasi-lokasi yang menyimpan cerita mengenai peristiwa-peristiwa ‘gelap’ dalam sejarah menjadi destinasi utama dalam tren pariwisata ini. Beberapa tempat yang termasuk destinasi Dark Tourism adalah lokasi terjadinya perang, genosida, pembunuhan, hingga bencana.
Baca juga: Wisata Lumpur Lapindo Porong 2023, Main Jet Ski dan Menyusuri Hutan Mangrove
Mengutip dari lama kemenparekraf.go.id, tren Dark Tourism ini pertama kali dicetuskan pada era 1990-an. Istilah ini dikemukakan oleh J. John Lennon bersama rekannya, tepatnya pada tahun 1996. Ia adalah seorang profesor pariwisata di Glaslow Caledonian University, Skotlandia. Pada dekade tersebut, Dark Tourism dianggap sebagai sebuah hal yang tabu.
Selain itu, melansir dari Washington Post, J. John Lennon juga menyebut bahwa sebenarnya Dark Tourism bukanlah fenomena yang baru. Beberapa tahun sebelumnya, sudah mulai banyak wisatawan yang mulai mencari dan ingin menelusuri lokasi-lokasi terjadinya bencana.
Istilah Dark Tourism digunakan untuk mendefinisikan kegiatan wisata ke lokasi-lokasi yang jauh dari kesan happy. Di balik banyaknya kegemaran para wisatawan terhadap Dark Tourism, terselip rasa ingin tahu yang tinggi mengenai kisah terjadinya sebuah tragedi atau bencana, dengan melihat lebih dekat langsung di lokasi kejadiannya.
Kini, tercatat setidaknya ada 900 lokasi dari 112 negara yang ada di dunia, termasuk ke dalam Dark Tourism, melansir dari laman dark-tourism.com. Pengunjung yang meminati dan turut berpartisipasi dalam Dark Tourism selalu meningkat setiap tahunnya.
Keberadaan Dark Tourism sangatlah penting, apalagi bagi generasi milenial, karena melalui tren pariwisata ini, generasi milenial dapat mengenang sekaligus mempelajari latar belakang dari setiap tragedi yang pernah terjadi di masa lalu. Nilai-nilai sejarah yang terdapat dalam Dark Tourism berhasil menyita perhatian publik. Tren pariwisata ini diyakini bakal semakin populer di masa depan, apalagi memang ada peluang pariwisata yang menjanjikan.
Kawanjo tahu, nggak? Indonesia adalah salah satu negara penyumbang lokasi Dark Tourism yang cukup banyak lho! Banyak daerah di Indonesia yang menjadi bagian sejarah kelam dari peristiwa-peristiwa yang sarat akan tragedi masa lalu di Indonesia. Destinasi Dark Tourism di Indonesia yang akan Minjo spill berikut ini adalah tempat-tempat yang akan mengajak Kawanjo untuk mengenang kembali kejadian yang menorehkan sejarah kelam.
1. Museum Tsunami Aceh
Bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004, jelas menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Warga Aceh kala itu tak pernah mengira bahwa gempa berkekuatan 9 SR di Samudra Hindia, akan memicu gelombang tsunami yang menewaskan lebih dari 280 ribu orang. Untuk mengenang kejadian yang sebenarnya memilukan itu, Ridwan Kamil merancang Museum Tsunami Aceh yang kemudian dibuka pada tahun 2009.
Di dalam museum, Kawanjo bisa merasakan kesedihan, kengerian, dan ketakutan yang terjadi saat musibah dahsyat itu terjadi. Selain mengingat para korban yang harus berpulang, Kawanjo juga bisa mempelajari proses terjadinya tsunami, serta bagaimana kisah warga Aceh berusaha bangkit dari keterpurukan dan kembali meniti harapan.
Lokasi Museum Tsunami Aceh berada di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Kawanjo bisa mengunjungi museum ini secara gratis lho.
2. Tugu Peringatan Bom Bali
Pada 12 Oktober 2002 silam, telah terjadi tragedi Bom Bali. Dari kejadian ini, 202 orang dari 22 negara tewas dan 324 orang lainnya menderita luka serius. Ini adalah peristiwa terorisme yang tak hanya mengguncang pariwisata Bali, namun juga menjadi sorotan media, baik nasional maupun internasional.
Sebagai bentuk peringatan dan untuk mengenang para korban, Tugu Peringatan Bom Bali atau yang disebut juga Monumen Panca Benua dibangun di kawasan Legian, Kuta, Bali. Lokasi ini juga sering disebut Ground Zero Monument yang dibangun di bekas Paddy’s Club, salah satu tempat hiburan yang hancur terkena bom. Hingga saat ini, lokasi kejadian masih kerap dikunjungi oleh keluarga korban yang tentu masih berduka.
3. Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya
Peristiwa pemberontakan G30S/PKI adalah sejarah yang kelam bagi rakyat Indonesia. Peristiwa penculikan dan penyiksaan para jenderal, menyisakan rasa sakit hati yang mendalam di hati rakyat, karena dilakukan justru oleh bangsa sendiri.
Lokasi monumen ini adalah lokasi ditemukannya jasad para jenderal, yaitu di kawasan Lubang Buaya. Di tempat ini, terdapat sumur tua yang merupakan tempat dibuangnya jasad 7 pahlawan revolusi, yang kemudian ditemukan dalam wujud mengenaskan. Di bagian lain pada monumen ini, terdapat koleksi foto, diorama, serta barang peninggalan dari para jenderal.
Monumen Pancasila Sakti berlokasi di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur. Monumen ini beroperasi setiap hari mulai pukul 09.00 hingga pukul 21.00 WIB dengan tiket masuk sekitar Rp 5.000 per orang.
4. Makam Juang Mandor
Kalimantan Barat juga memiliki lokasi dark tourism yang menjadi saksi sejarah kekejaman tentara Jepang pada masa sebelum kemerdekaan. Di lokasi ini tentara Jepang yang datang tiba-tiba menyerang dan menyebabkan ribuan warga Pontianak tewas. Selama masa pendudukan Jepang, terjadi dua kali pembantaian yang disebut Peristiwa Mandor, termasuk penculikan dan pembunuhan. Di lokasi ini wisatawan akan menemukan 7 buah makam besar, namun tidak diketahui pasti berapa jumlah warga yang dibantai pada tiap makam. Lokasi ini dibangun sebagai pengingat gugurnya para korban perang dan perjuangan rakyat dalam melawan penjajah. Selain itu, di tempat ini wisatawan juga bisa mengingat dampak buruk peperangan yang memakan korban para warga yang tidak bersalah. Sumber:
5. Museum Sisa Hartaku
Di kaki Gunung Merapi, Museum Sisa Hartaku dibangun oleh warga dengan tujuan untuk mengingat musibah erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November 2010. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba, berhasil meluluhlantakkan desa-desa yang berada di kaki gunung dan memakan banyak korban jiwa.
Di museum ini, Kawanjo dapat mengamati berbagai sisa harta benda warga yang tersapu oleh awan panas, yang sebagian besar hancur, dan hangus terbakar. Di antaranya peralatan rumah tangga, motor (yang hanya tersisa rangkanya), dan jam dinding yang berhenti berdetak pada saat terjadinya awan panas.
Museum ini menyampaikan pesanbahwa harta benda bisa sewaktu-waktu diambil oleh Yang Maha Kuasa, kapanpun, di saat kita bahkan tak siap dan tak ingin melepaskannya. Museum ini bisa diakses secara gratis Kawanjo. Kamu hanya perlu membayar biaya parkir di kawasan wisata saja.
6. Goa Jepang, Bandung
Gua Jepang Bandung terletak di Taman Hutan Ir. H. Djuanda, Dago, adalah salah satu lokasi pariwisata Dark Tourism yang cukup ramai didatangi oleh wisatawan, khususnya wisatawan lokal. Gua yang pertama kali dibangun pada tahun 1942 ini menjadi saksi zaman penjajahan. Gua ini adalah benteng pengintaian Jepang.
Konon, lorong kedua dan ketiga gua ini, dulunya adalah lokasi jebakan yang digunakan sebagai pertahanan tentara Jepang dari musuh. Pada proses pembangunan gua ini pihak Jepang banyak mempekerjakan orang Indonesia.
Saat itu orang-orang Indonesia yang menjadi pekerja tidak diperhatikan kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karenanya, banyak pekerja itu yang tewas selama proses pembangunan gua.
Nah, itulah 6 destinasi Dark Tourism yang ada di Indonesia. Mana yang paling menarik perhatianmu? Destinasi di kota manapun yang ingin kamu kunjungi, jangan lupa ya, pesan paket wisatanya di Pigijo!
0 comments on “Tren Dark Tourism dan 6 Destinasinya di Indonesia”