Kawanjo sudah tahu belum dengan museum kereta api di Sawahlunto? Museum Kereta Api Sawahlunto merupakan stasiun kereta api nonaktif kelas II yang dialihfungsikan menjadi sebuah museum sejarah perkeretaapian. Museum Kereta Api ini merupakan museum perkeretaapian kedua di Indonesia setelah Museum Kereta Api Ambarawa yang berada di Jawa Tengah.
Museum Kereta Api Sawahlunto berada di Jalan Kampung Teleng, Kelurahan Pasar, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Museum ini dulunya adalah sebuah stasiun kemudian pada 17 Desember 2005 dialih fungsikan sebagai museum dan diresmikan oleh Bapak Jusuf Kalla yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia.
Keberadaan Stasiun Sawahlunto berkaitan erat dengan aktivitas penambangan batubara yang dilakukan secara besar – besaran oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Untuk memperlancar pengangkutan batubara, Pemerintah Kolonial Belanda memutuskan membangun jalur kereta api sepanjang 150 km dari Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur) ke Sawahlunto dengan melintasi Lembah Anai dan menyusuri Danau Singkarak. Pembangunan jalur kereta ini dilakukan Sumatra Staatsspoorwegen atau perusahaan kereta api negara Sumatera mulai tahun 1891 dan selesai seluruhnya pada tahun 1894.
Baca juga: 4 Museum Kereta Api Ini Wajib Kawanjo Kunjungi
Selama lebih dari 100 tahun Stasiun Sawahlunto merupakan stasiun yang sibuk untuk kepentingan pengangkutan batubara, pada saat itu untuk sekali pengangkutan mampu menarik 200 gerbong berisikan batubara berkualitas terbaik. Pada awal tahun 2000an terjadi kemerosotan yang sangat tajam terhadap hasil tambang batu bara dan puncaknya pada tahun 2003 pengangkutan batubara dengan kereta api dihentikan.
Kawanjo dapat melihat koleksi yang berada di dalam museum ini diantaranya adalah jam, alat- alat komunikasi, miniatur lokomotif, brankas, dongkrak rel, label pabrik pembuatan lokomotif, timbangan, lonceng penjaga, baterai lokomotif serta foto dokumentasi yang tersusun secara rapi menghiasi dinding museum ini.
Di depan stasiun ini Kawanjo akan melihat patung Dr. J.W Ijzerman yang merupakan seorang insinyur utama jawatan kereta api Belanda yang sangat berpengaruh di balik pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda. Kawanjo akan melihat depo di samping museum yang merupakan tempat disimpannya loko uap dengan nomor seri E1060 buatan Jerman yang akrab disebut Mak Itam, saat dipulangkan dari Museum Kereta Api Ambarawa pada tahun 2008, Mak Itam kembali dihidupkan sebagai salah satu obyek wisata andalan Sawahlunto untuk mengenang kejayaan industri batubara yang pernah ada di kota kecil ini.
Wisatawan akan diajak berjalan di atas rel dengan rute Sawahlunto ke Muara Kalaban yang berjarak sekitar 8 Km, rute ini akan melewati sebuah terowongan yang lebih dikenal dengan sebutan Lubang Kalam yang berjarak sekitar 500 meter dari Stasiun Sawahlunto, terowongan ini memiliki panjang sekitar 800 meter.
Namun sejak tahun 2013, Mak Itam tidak lagi beroperasi, berbagai upaya telah dilakukan agar Mak Itam kembali hidup namun rusaknya 12 pipa pemanas membuat tekanan upa yang dihasilkan dari pembakaran batu bara tidak cukup menggerakkan roda lokomotif.
Itu tadi keseruan wisata bersejarah di Kota Sawahlunto di Sumatera Barat. Masih banyak destinasi seru lainnya menantimu di sini, seperti atraksi budaya yang ditawarkan desa-desa wisata sekitaran Sawahlunto. Sebut saja Desa Wisata Rantih yang punya pesona alam yang memanjakan mata, cita rasa kuliner yang berani dan masih banyak lagi potensi memikat dari Desa Rantih. Penasaran? Kamu bisa langsung pesan paket wisatanya di sini ya Kawanjo lengkap dengan itinerary dan kemudahan-kemudahan lainnya. Sebagai referensi destinasi wisata atau paket wisata, kamu juga bisa cek di sini ya. Selamat mencoba!
Baca juga: Selain Pesona Keindahan Alam, Ini 3 Alasan Liburan ke Desa Wisata Rantih!
0 comments on “Napak Tilas Kejayaan Industri Tambang di Museum Kereta Api Sawahlunto”