Lumajang Kota Pisang memiliki hidden gem yang belum banyak diketahui orang. Sebuah air terjun di dalam gua menjadikan Coban Pawon di Lumajang nampak misterius tapi indah menawan. Ada tips untuk menjelajahi fenomena alam ini, supaya nge-tripnya lebih nyaman dan aman.
Air terjun pada umumnya berada di permukaan bukit. Terjun bebas dari ketinggian dengan langit sebagai payungnya. Yang ini berbeda, disebut juga Antrukan Pawon, adalah letaknya yang berada di dalam gua.
Lokasi Coban Pawon di Lumajang
Kabupaten Lumajang dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Lemongan. Pada salah satunya, yakni Gunung Semeru terdapat surga tersembunyi, sebuah air terjun yang berada di dalam gua. Untuk menikmati keindahan ini Kawanjo harus berjalan kaki menerobos hutan kemudian memasuki gua.
Lokasi gua dengan air terjun ini berada di Dusun Kertowono, Desa Wangkit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Sebuah daerah yang juga terkenal dengan perkebunan teh Kertowono sebagai destinasi wisata alam Lumajang.
Baca juga: Cave Tubing Gua Pindul Gunungkidul, Sumber Keseruan Tak Terbendung
Rute Menuju Coban Pawon Lumajang
Jarak Antrukan Pawon dengan pusat Kabupaten Lumajang sekitar 22 km dengan perkiraan waktu tempuh sekitar 44 hingga 60 menit.
Perjalanan bisa dimulai dari pusat kota Alun-alun Kabupaten Lumajang Rogotrunan, Jogoyudan di Jalan Alun-Alun Utara. Ambil arah ke Timur dan berjalanlah sejauh 120 meter kemudian belok kiri ke Jalan Jendral Sutoyo. Setelah 300 meter belok kanan ke Jalan Makam.
Tempuh jarak 350 meter lalu belok kiri ke Jalan Jendral Haryono. Sejauh 260 meter kemudian belok sedikit ke kiri menuju Jalan Kyai Ghozali. Selanjutnya sepanjang 200 meter, belok kanan ke Jalan Juanda.
Kemudian, setelah sekitar 1,5 kilometer, belok kanan ke Jalan Jendral Ahmad Yani. Lurus sejauh sekitar 4 kilometer hingga sampai ke Grobogan Wonorejo atau Jalan Probolinggo Wonorejo. Teruskan perjalanan hingga sampai di lokasi Antrukan Pawon Lumajang.
Daya Tarik Coban Pawon
Sudah semestinya yang unik pasti lebih menarik. Sebagaimana air terjun yang tak biasa ini. Setinggi 20 meter, berada di dalam gua. Airnya mengalir cukup deras nampak jernih. Dari lubang besar di atas gua, tempat air terjun itu berasal, sinar mentari menerobos masuk. Menciptakan kilauan air nan mempesona di tengah kegelapan dalam gua. Membuat siapapun yang memandang enggan memalingkan mata.
Pawon dalam Bahasa Jawa berarti dapur. Diberi nama demikian karena visual yang tercipta dari curug di Lumajang yang satu ini, mengingatkan akan aliran air dari teko di dapur.
Untuk mencapai spot paling indah, yakni sekitar kolam yang menampung air terjun, butuh usaha maksimal. Selain harus trekking menerobos hutan, Kawanjo masih harus menyusuri sungai supaya bisa masuk gua. Tak perlu mengeluh, sebab segala lelah akan terbalaskan dengan keindahan pemandangan. Betapa air jernih yang terjun dari ketinggian, terkena sinar mentari yang membuatnya seolah berkilau padahal di sekitarnya adalah kegelapan gua. Jangan lupa mengabadikan keindahan alam yang terpampang di depan mata, ya!
Baca juga: Kedai Kopi Keceh di Coban Jahe, Sensasi Trekking Gae Ngopi Tengah Kali
Tips Mengunjungi Coban Pawon
Karena mengkombinasikan dua spot wisata alam di Lumajang, butuh cara tepat untuk menjelajahi Coban Pawon. Supaya Kawanjo bisa nge-trip dengan aman dan nyaman.
Hindari berkunjung saat musim hujan karena jalan menuju Coban Pawon bisa menjadi licin. Pastikan untuk membawa persediaan makanan dan pakaian cadangan karena pengelolaannya belum profesional. Gunakan alas kaki yang aman untuk jalur tersebut. Penting untuk menjaga lingkungan dan mematuhi protokol kesehatan serta keamanan. Jika perlu, mintalah bantuan dari penduduk setempat jika merasa kesulitan menyusuri jalur tersebut.
Coban Pawon memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk menikmati keindahan alam yang unik. Air terjun di dalam gua, dimana untuk menikmatinya harus trekking dulu secara hati-hati. Namun lelahnya perjalanan akan tergantikan dengan rasa takjub yang akan datang.
0 comments on “Coban Pawon, Gua Hidden Gem di Lumajang”