Pada dasarnya, semua orang butuh penyegaran dari rutinitas yang bikin penat. Bisa dalam bentuk liburan, jalan-jalan keliling kota, nonton panggung hiburan, dan lain sebagainya. Nah, dewasa ini nampaknya semua orang tiba-tiba butuh pelesiran. Apalagi kaum millenial. Kenapa ya, kira-kira? Apakah untuk sekedar foto buat sosmed biar gak FOMO atau ada alasan lainnya?
Di artikel kali ini, Pigijo ingin mengupas fenomena pentingnya liburan bagi millenial yang seakan lebih dikejar dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Ketika sebagian besar generasi terdahulu bekerja cari uang untuk hidup sehari-hari, kini millenial kebanyakan cari uang banting tulang untuk bervakansi. Iya, traveling jadi salah satu life goal yang mungkin di generasi dulu gak terpikirkan.
Hmmmm…. Kok bisa, ya? Well, ternyata 6 poin berikut adalah alasannya!
1. Push Your Limit
Di masa ini, generasi muda atau milenial lebih dituntut untuk bekerja sampai melampaui batas. Baik dari segi tenaga, waktu, dan kreativitas, semua bak dituntut maksimal tanpa memedulikan keseimbangan mind, body, and soul. Tak ada lagi istilah kerja 9 to 5 dalam kamus anak sekarang. Kalau bisa lembur lebih baik, kalau bisa nginep di kantor lebih oke lagi.
Well, layaknya kerja di agency atau start up, the ugly truth ini pada dasarnya sudah dipahami para pekerjanya bahkan jauh sebelum mulai bekerja. Tapi mau gimana, they (and WE) need more money! Selama masih muda gempur terus cari uang agar bisa nabung di masa yang akan datang atau sekedar supaya bisa mendapatkan hal-hal duniawi yang sifatnya materi. Yah, gimana ya. Hidup di masa sekarang memang semua itu sepertinya perlu, sih. Iya apa iya?
Oleh sebab itu, banyak perusahaan sekarang yang tahu perihal kebutuhan itu. Milenial pun ‘pasrah’ diganggu bahkan hari Sabtu dan juga Minggu. Lepas pulang kantor masih harus cek kerjaan kadang sampai subuh. Terlebih saat masuk masa pandemi dan kebijakan work from home mulai diberlakukan. Aktivitas bekerja makin menembus ruang dan waktu!
Ini yang bikin milenial jadi selalu punya alasan untuk liburan. Kerja sudah sebegitu keras dan penat, masa iya tak butuh penyegaran? Manusia perlu kabur dari rutinitas saat rasanya tekanan hampir sampai di ambang batas, kan? Maka dari itu, rencana holiday biasanya sudah disiapkan dari jauh-jauh hari bahkan setahun sebelumnya. Pergi dadakan? Bisa juga. Pokoknya HARUS jalan-jalan!
Baca juga: Zodiak dan Ramalan Kesehatannya Ini Wajib Kamu Baca Sebelum Pergi Ngetrip
2. The Concept of Time and Space has Changed
Kini, pemahaman konsep ruang dan waktu tak lagi sama dengan generasi sebelumnya. Ia seakan diterabas dan ditiadakan dengan adanya kemajuan teknologi era digital. Setiap orang bisa dihubungi di mana saja dan kapan saja baik untuk urusan pekerjaan atau urusan genting lainnya. Urusan sosial pun seperti itu. Seperti selalu punya urgensi tersendiri untuk diprioritaskan.
Masalah pertemanan, keluarga, problem kantor, masalah asmara, bahkan informasi penting-gak-penting lainnya, semua teraduk jadi satu dalam ruang sempit bernama sosial media dan ponsel serba bisa (smart phone). Pikiran kaum millenial pun jadi banyak luar biasa. Terlalu banyak bahkan sampai kawanjo tak tahu lagi bagaimana cara memilahnya. Betul begitu?
Efek besarnya apa? Jelas depresi. Karena tak ada ruang dan waktu yang jelas yang sesungguhnya amat diperlukan untuk membatasi kapasitas diri dalam berkehidupan. Ruang untuk membatasi gerak dan lingkup area privat dan non-privat (sacred and profane) serta waktu untuk menjeda tubuh dan pikiran agar dapat beristirahat. It’s all about wellness! For balancing mind, body, and soul.
3. The Exhaustion is Paid Off
Nah, dengan agenda liburan, tentu para milenial jadi tak sabar untuk pergi dari jauh-jauh hari. Semangat untuk bekerja pun kembali muncul karena hal ini mampu meningkatkan hormon serotonin yang menjadikan mereka lebih positif. Dari sebelum berangkat saja rasa senang sudah membahana. Apalagi kalau sudah jalan. Duh! Rasanya waktu ingin dihentikan saja!
Kenapa ini bisa terjadi? Karena segala kerungsingan, kepusingan, dan tekanan yang selama ini dirasakan tiba-tiba bak terbayar lunas. Sebagian besar milenial selalu merasa aksi ini dilakukan untuk menghadiahi dirinya sendiri. Membayar semua kerja keras yang sudah ia lakukan demi mencari uang. Boros? Tentu tergantung persepsi masing-masing.
Tak heran kalau milenial sering bilang bahwa “ayo kerja lagi biar bisa liburan lagi!”. Ya, itu karena efek kelelahan di rutinitasnya. Jadi mereka kerja keras memang bukan hanya untuk cari penghasilan tapi juga untuk setidaknya membahagiakan diri sendiri. Fair enough! Tapi meski demikian, ada sih yang meski penghasilannya gak seberapa tetap maksa jalan-jalan. Hmmm.…
4. Validation Over Everything
Tipe inilah yang sebenarnya masuk dalam kurva ‘memaksakan sesuatu di luar kemampuan’. Banyak dari millenial yang rela berhutang pada teman atau keluarga demi bisa jalan-jalan ke dalam atau luar negeri. At least orang tahu mereka sedang bepergian. Kalau tipe ini, biasanya bukan pelepas lelah yang dicari melainkan sebuah validasi. Dari siapa? Dari lingkar sosialnya sendiri.
Kenapa penting untuk milenial? Karena mereka (dan juga kita) memang hidup di era digital. Instagram, Facebook, Youtube, Twitter, dan lain sebagainya yang berfungsi sebagai ‘media pamer’ di mana tak menutup kemungkinan untuk bikin beberapa orang jadi terinspirasi sekaligus iri dengki. Inilah yang dikejar. “Kalau dia bisa, kenapa gue enggak?”.
Jadi mampu tak mampu, bisa tak bisa, kalau sempat harus liburan. ‘Biar kayak orang-orang’ katanya. Kalau sedang gemuk, nanti diet biar bisa merealisasikan ‘bikini body‘ paparnya. Semua demi liburan dan tentunya foto di media sosial. Bahkan banyak milenial yang bilang “Duh foto IG gw gak nambah-nambah, nih! Artinya harus liburan lagi biar ada stok foto!” begitu.
Dari sini, akhirnya bisa sedikit kita pahami kenapa liburan jadi salah satu isu paling penting buat millenial. Ada yang benar-benar butuh untuk mendinginkan otak, jalan-jalan sama teman, pasangan, atau keluarga, dan ada juga yang benar-benar butuh untuk mengisi kekosongan media sosial. Menarik, bukan? Tak heran generasi sebelumnya tak punya cara pikir yang serupa.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Surga Wisata di Sangihe yang Viral Karena Tambang Emas
5. Bank Saving System are Getting Better and Better
Di samping semua alasan yang ada, millenial kini juga terdukung oleh sistem perbankan yang sudah sangat baik. Potongan harga dan sistem menabung yang mudah serta menguntungkan sudah banyak ditawarkan oleh bank-bank ternama sehingga memungkinkan milenial untuk pelesiran tanpa lupa punya simpanan. Gimana gak makin menggiurkan coba.
Beberapa bank bahkan memberi diskon khusus untuk pengguna CC dalam membeli tiket pesawat, memesan hotel, belanja di negara tertentu, dan lain sebagainya. Ini yang bikin milenial makin merasa ‘aman’ saat mengeluarkan uang untuk jalan-jalan. Karena meski liburan butuh uang, namun sebagian besar sudah ditabung dan ‘diiritkan’ pengeluarannya melalui kartu kredit.
Wow, menyenangkan sekali, ya! Apalagi sekarang semua bank juga sudah memudahkan para pengguna kartu debit untuk gesek langsung di luar negeri dengan cara menukar mata uang digital ke kurs mata uang asing yang negaranya sedang didatangi. Makin jadi no ribet ribet club, deh kalau begini. Pergi tinggal pergi, tabungan aman, irit, dan kalau beli apa-apa tinggal gesek!
6. Reflect on the Previous Behind-The Desk-Generations
Last but not least, millenial selalu berkaca pada generasi sebelumnya yang sering disebut sebagai generasi di balik meja. Ya, generasi terdahulu banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dan mengabdi pada pekerjaannya sampai lupa bahwa waktu terus berlalu dan mereka semakin tua. Akhirnya, pengalaman bepergian tak punya, waktu untuk hidup pun tak lagi lama.
Meski demikian, jumlah tabungan mereka jelas lebih banyak karena penghasilannya tak dipakai untuk pelesiran ke sejumlah tempat. Ingat film The Secret Life of Walter Mitty dan film animasi Inner Working besutan Disney? Dua film ini adalah contoh dari film yang paling bercerita tentang betapa pentingnya pekerja menyempatkan waktu untuk berlibur.
So, pengalaman generasi milenial memang jelas lebih banyak dalam urusan melihat dunia. Namun demikian, tantangan terbesarnya adalah, tetap bisakah millenial menabung untuk hari depan? Sebab semua tentu harus seimbang. Jangan sampai berat sebelah dan pengeluaran untuk liburan jauh lebih besar daripada kebutuhan harian.
Melihat dunia itu baik. Tapi melihat isi dompet dan tabungan tentu jauh lebih baik lagi. Hehehehe... Jangan sampai lupa nabung, ya! Supaya jalan-jalan tetap terlaksana, dan masa depan tetap terencana. Go millenials go go go! Cek di sini untuk lebih lengkapnya ya.
Baca Juga : Zodiak dan Ramalan Kesehatannya Ini Wajib Kamu Baca Sebelum Pergi Ngetrip Part 2
thanks alot of information