Kabar terbaru dari Desa Penglipuran jadi sebuah kado istimewa bagi dunia pariwisata Indonesia. Telak jadi bukti, Nusantara sangat layak jadi destinasi bagi para pelancong dari seluruh penjuru dunia.
Ada Apa dengan Desa Penglipuran?
Desa Adat Penglipuran merupakan destinasi wisata di Bali di mana masyarakatnya masih melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka berhasil memoles keindahan pariwisata yang menguntungkan seluruh masyarakatnya, sekaligus tanpa menghilangkan budaya dan tradisi mereka.
Dalam membangun desanya, penduduk memegang teguh konsep “Tri Hita Karana” untuk arsitektur bangunan dan pengolahan lahan, yakni sebuah filosofi masyarakat Bali tentang keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia, dan lingkungannya.
Baca juga: Family Trip Bali, Cuma 2,5 Jutaan Aja!
Adapun pengolahan lahan Desa Penglipuran juga masih berpegang teguh pada konsep Tri Mandala. Yang membuat lahan desa dibagi menjadi 3 zona berdasarkan nilai kesuciannya. Yaitu:
- Utama Mandala/Jeroan
Area yang dianggap paling suci ditempatkan di Utara, menuju Gunung Agung atau tempat yang paling suci di Bali. Di tempat ini terdapat Pura Puseh Desa untuk memuja Dewa Brahma atau dewa pencipta dan Pura Bale Agung untuk memuja Dewa Wisnu atau dewa pemelihara. - Madya Mandala/Jaba Tengah
Merupakan area tempat tinggal masyarakat. Bersama keluarga, mereka hidup dalam sebuah unit bangungan yang disebut dengan pekarangan. - Nista Mandala/Jaba Luar
Ada di bagian paling selatan dan dianggap zona yang tidak suci. Di area ini terdapat Pura Pasetran Prajapati atau kuburan desa, Pura Kuburan, dan Pura Dalem atau tempat pemujaan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur.
Dalam setiap pekarangan tempat tinggal penduduk pun menganut konsep Tri Mandala, terbagi jadi tiga sesuai dengan tingkat kesuciannya. Utama Mandala/Jeroan pekarangan berisi pura keluarga untuk menyembah dewa serta leluhurnya. Kemudian, Madya Mandala/Jaba Tengah digunakan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari seperti ruang dapur, ruang makan, kamar tidur, dan lain sebagainya. Terakhir, Nista Mandala/Jaba Luar digunakan untuk menyimpan hewan ternak atau menjemur baju.
Tak hanya tata ruangnya yang membuat Penglipuran nampak tertib dan bersih, keelokan desa ini juga karena aturan yang diterapkan. Guna mencapai keharmonisan dalam masyarakat, warga Desa Adat Penglipuran harus patuh pada dua jenis hukum, yakni peraturan tertulis atau Awig dan adat kebiasaan tak tertulis atau Drestha.
Baca juga: Ragam Keunikan Desa Wisata Penglipuran Bali, Terbukti Nyata Keunggulannya
Lokasi Desa Penglipuran
Desa Penglipuran adalah bagian dari Kota Bangli, jaraknya sekitar 5 kilometer dari pusat kota. Dari Denpasar terbentang sepanjang 45 kilometer. Di sekelilingnya terdapat desa adat lainnya. Seperti Desa Kayang di utara, Desa Gunaksa di selatan, Desa Kubu di timur, dan ada Desa Cekeng.
Dengan luas area 112 hektar, Desa Wisata Penglipuran berada pada ketinggian 500-600 meter di atas permukaan laut. Semakin hari semakin banyak wisatawan yang bertandang. Mengagumi keindahan alam dan keluhuran budayanya. Apalagi prestasi terus diukir, yang membuat destinasi wisata di Bangli ini selalu menjadi magnet kuat.
Baca juga: 3 Tujuan Ekowisata Bali, antara Festival Penglipuran IX 2022, hingga Dekarbonasi
Prestasi Desa Penglipuran Bali
Baru-baru ini, desa wisata Penglipuran terpilih menjadi salah satu dari 54 UNWTO Best Tourism Villages 2023. Penghargaan ini diraih Desa Wisata Penglipuran pada edisi ketiga dari “Best Tourism Villages by UNWTO” yang digelar di Samarkand, Uzbekistan, pada hari Kamis tanggal 19 Oktober 2023. Penglipuran terpilih di antara 260 kandidat dari 60 negara yang terdaftar.
Untuk diketahui, Best Tourism Villages adalah pengakuan internasional pada kualitas desa wisata yang berada di Indonesia. Program ini bertujuan menjaring desa percontohan yang sektor pariwisatanya dianggap berhasil. Cara yang digunakan desa tersebut adalah dengan memberdayakan komunitas masyarakat setempat, serta melestarikan warisan budaya juga tradisi lokal. Walhasil, penghargaan internasional Desa Penglipuran pun mampu menjadi motivasi bagi penduduknya guna terus menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya sehingga bisa berkelanjutan sampai beberapa generasi selanjutnya.
Sebelumnya, prestasi Desa Penglipuran pun telah berderet. Pada tahun 2019 berhasil masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation. Sedangkan pada 2017 mendapat penghargaan ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) dengan peringkat terbaik untuk kategori pelestarian budaya.
Setahun sebelumnya, di tahun 2016 Penglipuran terpilih sebagai desa terbersih ke-3 dunia versi majalah internasional Boombastic. Namun jauh hari sebelumnya, pada tahun 1995, desa Penglipuran sudah menyabet penghargaan Kalpataru dari pemerintah Indonesia atas usahanya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka.
Prestasi Desa Penglipuran terbaru adalah masuk dalam Best Tourism Villages versi UNWTO. Jadilah mata dunia semakin banyak tertuju pada tempat wisata di pulau Bali ini. Patutlah bangsa Indonesia berbangga!
Desa Penglipuran di Bali adalah teladan luar biasa dalam melestarikan budaya sambil memajukan pariwisata. Mereka mempraktikkan konsep “Tri Hita Karana” yang mencakup aspek spiritual, sosial, dan lingkungan. Melalui prinsip Tri Mandala, mereka juga membagi lahan desa berdasarkan tingkat kesucian.
Aturan dan prinsip tata ruang yang ketat, bersama dengan peraturan tertulis dan adat kebiasaan, menjadi landasan bagi pengelolaan desa. Pengakuan terbaru mereka sebagai UNWTO Best Tourism Villages 2023 adalah bukti komitmen mereka dalam pelestarian budaya dan alam sambil memberikan pengalaman pariwisata yang luar biasa.
Prestasi ini sejalan dengan penghargaan-penghargaan sebelumnya, menunjukkan tekad Desa Penglipuran dalam melestarikan warisan budaya dan alam mereka. Ini adalah pencapaian membanggakan bagi Indonesia, dan semoga memberikan inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengikuti jejak mereka dalam melestarikan budaya dan alam.
Desa Penglipuran terkenal dengan kebersihan dan keindahan tata ruangnya yang tertib dan bersih. Hal ini disebabkan oleh aturan yang diterapkan di desa tersebut, yaitu warga Desa Adat Penglipuran harus patuh pada dua jenis hukum, yakni peraturan tertulis atau Awig dan adat kebiasaan tak tertulis atau Drestha.
Desa Penglipuran di Bali telah meraih beberapa penghargaan dan prestasi di bidang pariwisata. Prestasi yang diraih Desa Penglipuran mendorong penduduknya untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya sehingga bisa berkelanjutan sampai beberapa generasi selanjutnya.
Blog ini memberikan informasi yang bermanfaat tentang sejarah dan perkembangan Desa Penglipuran, serta upaya masyarakatnya dalam melestarikan budaya tradisional Bali dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan informasi yang jelas dan detail tentang keunggulan Desa Penglipuran sebagai destinasi wisata, seperti tata ruang yang tertib dan bersih, aturan yang diterapkan untuk mencapai keharmonisan dalam masyarakat, serta lokasi dan daya tarik wisata yang tersedia di sekitarnya. Hal ini membantu para wisatawan
banyaknya prestasi yang di raih oleh desa panglipuran mata dunia semakin banyak tertuju pada tempat wisata di pulau Bali ini desa Penglipuran nampak tertib dan bersih, keelokan desa ini juga karena aturan yang diterapkan. baru baru ini Best Tourism Villages merupakan pengakuan internasional pada kualitas desa wisata yang berada di Indonesia dan desa panglipuran terpilih menjadi salah satu dari 54 UNWTO Best Tourism Villages 2023.