Fakta Unik Pasar Terapung di Banjarmasin Banyak Hikmah yang Bisa Dipetik
Local Experiences

Fakta Unik Pasar Terapung di Banjarmasin Banyak Hikmah yang Bisa Dipetik

Fakta unik pasar terapung di Banjarmasin bisa menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga mampu mendongkrak perekonomian sekaligus pariwisata daerah

Sensasi bertransaksi jual beli di atas air bisa Kawanjo dapatkan di sini. Fakta unik pasar terapung di Banjarmasin akan terlihat pasti. Dengan mengendarai jukung atau perahu dayung, Kawanjo bisa memilih berbagai macam barang dagangan. Mulai dari buah – buahan hingga hasil kerajinan tangan. Terlihat pula beberapa makanan khas Banjarmasin yang dijual di pasar terapung.

Pasar Terapung di Banjarmasin

Pasar Terapung di Banjarmasin
Pasar Terapung di Banjarmasin

Sembari mengatur laju perahu Kawanjo akan menikmati interaksi dengan ‘Acil’, sebutan untuk para pedagang yang berarti bibi dalam bahasa Banjar. Pasti seru terlibat dalam aktivitas Pasar Terapung di Banjarmasin.

Kota Banjarmasin memang memiliki  banyak sungai. Sehingga tak heran bila terdapat Pasar Terapung untuk memudahkan warga saling menjual dan membeli kebutuhan hidup. Biasanya yang dijual adalah hasil panen kebun sendiri atau titipan dari tetangga dan keluarga. Ada pula makanan tradisional dan kerajinan khas kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Baca juga: Kue Khas Banjarmasin yang dijual di Pasar Terapung

Di Kalimantan Selatan sendiri ada tiga pasar terapung besar. Yang pertama adalah pasar Lok Baintan di atas sungai Tabuk kabupaten Banjar. Yang kedua adalah pasar terapung alami tertua di muara sungai Kuin, tepian sungai Barito. Terakhir atau ketiga adalah pasar terapung buatan di sekitar Siring Tendean di atas sungai Martapura. Karena pesonanya, pasar terapung – pasar terapung ini menjadi salah satu  tujuan wisata di kalimantan selatan yang lagi hits.

Sejarah Pasar Terapung Banjarmasin

Sejarah Pasar Terapung Banjarmasin
Sejarah Pasar Terapung Banjarmasin

Pasar terapung di Banjarmasin ternyata telah sejak abad 14 yang lalu. Kemudian diramaikan oleh kerajaan Banjar yang berdiri sejak di tahun 1500an. Seiring perkembangan jaman, ketika moda transportasi darat semakin berkembang di Kalimantan Selatan, keberadaan pasar terapung ini semakin sepi. 

Baca juga: Wisata Sungai Banjarmasin Seperti Thailand ?

Tak tinggal diam, dalam upaya melestarikan warisan budaya Indonesia ini, pemerintah setempat mendaftarkan aktivitas di pasar terapung sebagai Warisan Budaya Non Benda. Hingga akhirnya gelar itu didapat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Supaya kelak generasi mendatang masih bisa melihat dan terlibat dalam budaya ini. 

Tak hanya itu, pemerintah juga selalu berusaha rutin menyelenggarakan Festival Pasar Terapung Banjarmasin setiap tahun. Selain untuk melestarikan kebudayaan, acara yang selalu ramai oleh pengunjung dari masyarakat setempat hingga internasional ini juga bertujuan untuk mendongkrak pertumbuhan pariwisata dan perekonomian di kota Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Pedagang di Pasar Terapung

Pedagang di Pasar Terapung
Pedagang di Pasar Terapung.

Seketika setelah sampai di lokasi pasar terapung, akan terdengar riuh rendah panggilan para acil. Acil adalah sebutan untuk para penjual di sana. Dalam bahasa Banjar, acil berarti bibi/tante. 

Ya, hampir semua pedagang di pasar terapung adalah wanita. Bila ada pria, mereka hanyalah suami atau saudara laki-laki para acil yang bertugas menemani. Amang adalah panggilan untuk para pria yang ada di pasar terapung. Artinya paman/om. 

Bukan tentang eksploitasi, namun telah terjadi pembagian tugas antara para acil dengan suaminya. Bila acil berdagang dan melayani pembeli, amang lah yang bertugas menyiapkan barang dagangan. Mulai dari menanam, merawat, memanen hingga menata di jukung saat acil hendak berangkat berdagang.

Tak lekang oleh perkembangan jaman, para pelaku ekonomi terus berupaya mensosialisasikan cara pembayaran digital kepada para pedagang di pasar terapung Banjarmasin. Selain itu, para acil juga baru saja dikunjungi delegasi Women 20 (W20) dari seluruh penjuru dunia. Dalam rangkaian city tour, para peserta jaringan pemberdayaan perempuan untuk mendorong pengadopsian komitmen G20 dalam isu perempuan ini diperkenalkan budaya dan pariwisata Banjarmasin. Sebagian dari mereka jadi tahu bahwa di Indonesia juga ada pasar terapung, tak hanya di Thailand dan Venesia. Dari sini juga terlihat bagaimana etos kerja para Acil.

Baca juga: Wisata Religi ke Banjarmasin

Setiap harinya Acil berangkat berdagang dengan menggunakan patokan waktu adzan shubuh. Usai salat tepat waktu mereka segera bersiap. Memastikan ‘seragam’ yang dikenakan telah rapi dan nyaman dipakai. Baju longgar, kerudung, dan topi capil yang disebut tanggui. Penampilan menarik yang mencerminkan sisi religius wanita Suku Banjar. Tak lupa sebagian dari mereka menggunakan pupur bangkal. Yaitu bedak putih dari beras yang ditumbuk, sebuah bedak tradisional yang merupakan resep turun temurun. Mereka pakai di wajah sebagai upaya untuk menjaga kehalusan kulit sekaligus menjaga dari teriknya sinar matahari.

Ketika bertransaksi, jangan heran dengan bahasa yang digunakan, ya! Sebagian dari mereka terutama paraninian (nenek-nenek) banyak yang belum fasih berbahasa Indonesia. Mereka menggunakan Bahasa Banjar untuk menawarkan barang dan berbincang. Beruntung para Acil terkenal ramah dan hangat. Sehingga terkadang akan tercipta keseruan bila terjadi salah paham antara penjual dan calon pembeli.

Keunikan di Pasar Terapung Banjarmasin Kalimantan Selatan
keunikan di pasar terapung Banjarmasin Kalimantan Selatan
Keunikan Pasar Terapung Banjarmasin

Selain para acil yang istimewa, ternyata masih banyak fakta unik pasar terapung Banjarmasin. Berikut di antaranya:

  1. Bagi penikmat lukisan alam, waktu yang tepat untuk mengunjungi pasar terapung adalah ketika lepas waktu shubuh. Yaitu saat pasar ini baru mulai. Pemandangan matahari terbit akan nampak indah dan menawan
  2. Pasar ini buka tidak sepanjang waktu. Mulai dari shubuh hingga aliran air sungai menjadi deras. Sekitar pukul 8-9 WITA, pasar ini sudah tidak ada.
  3. Sebagian besar acil datang dari tempat tinggal yang jaraknya jauh dari lokasi pasar. Saat berangkat atau pulang, semua jukung akan berjejer untuk ditarik perahu kelotok (perahu mesin yang berbunyi ‘klotok-klotok’)
  4. Bila acil berdagang hasil kebun atau hasil olahan tangan sendiri ini disebut dukuh. Namun bila acil berperan sebagai reseller atau menjual barang orang lain, ini disebut penyambangan
  5. Melestarikan pembayaran dengan metode bapanduk atau barter barang. 
  6. Masih menggunakan akad jual beli secara Islam. Para acil akan menyerahkan barang yang dibeli pembeli sambil berkata, “Saya jual” . Maka untuk membalas, pembeli harus menjawab “Saya beli.”
lokasi pasar terapung
Yang dijual di Pasar Terapung

Pasar terapung di Banjarmasin memang sangat unik. Dan ada banyak hikmah mulia di dalamnya. Pantas bila kebudayaan ini harus terus lestari. Maka Festival Pasar Terapung Banjarmasin harus terus diadakan. Sebab acara ini mampu menjaga keluhuran budaya dan membuka kran perekonomian dari sektor pariwisata pasar terapung Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Kesimpulannya, setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Hal ini mampu menjadi daya tarik wisata Nusantara. Untuk melihat aneka keistimewaan destinasi wisata Indonesia, tak perlu ragu, cek di sini segera!

0 comments on “Fakta Unik Pasar Terapung di Banjarmasin Banyak Hikmah yang Bisa Dipetik

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.