Lubang Tambang Mbah Soero menjadi salah satu peninggalan sejarah di Sumatera Barat yang telah diakui UNESCO. Lubang Tambang Mbah Soero dulunya dinamakan Lubang Soegar. Lubang ini merupakan lubang pertama di kawasan Soegar yang dibuka oleh Kolonial Belanda pada tahun 1898.
Baca Juga : Desa Baru Bali Siap Menyambut Wisatawan
Pada lubang ini terdapat kandungan batubara yang paling bagus (kalori 7000) dibandingkan dengan daerah-daerah lain, seperti Sungai Durian, Sigalut, Parambahan, dan Tanah Hitam. Hal ini disebabkan karena kawasan Soegar terletak di lapisan patahan paling bawah dari permukaan bumi.
Kawanjo pernah dengar kisah manusia rantai? Jadi, lubang tambang batu bara Mbah Soero ini identik dengan kisah manusia rantai. Leher dan tangan para pekerja diikat dengan rantai, dipaksa menambang batu bara oleh kolonial Belanda. Manusia rantai yang dipekerjakan paksa ialah mereka tahanan kriminal dan politik dari Jawa dan Sumatera.
Siang malam manusia rantai diperlakukan secara tidak manusiawi. Makanan yang mereka konsumsi jauh dari kata layak. Bukti kekejaman kolonial ini ialah ditemukannya kerangka manusia yang terkubur dalam lubang tambang Mbah Soero. Diyakini ada ratusan pekerja tambang yang mati terkubur di lubang tambang.
Saat Kawanjo memasuki lubang tambang ini akan terasa lembab dan basah, sempit dan jauh dari udara segar. Dapat dibayangkan ratusan orang berkumpul dan bekerja di lubang tambang ini. Jauh berada di permukaan tanah, saat malam hari suhu udara di dalam lubang akan berkali lipat dinginnya. Tak jarang para pekerja paksa hanya berbalut celana. Sakit, kedinginan, dan kelaparan, orang rantai bekerja di bawah tekanan. Para tahanan Belanda tersebut hanya punya satu pilihan. Jika ingin bertahan hidup mereka harus bekerja.
Pada awal abad ke-20 orang Belanda mendatangkan mandor dari Jawa. Salah satunya Mbah Soerono yang lebih akrab dipanggil Mbah Soero. Mbah Soero diangkat menjadi mandor oleh Kolonial Belanda karena ilmu kebatinan yang dimilikinya. Ia ditugaskan untuk mengawasi penambangan di Lubang Soegar ini. Dalam kesehariannya ia dikenal sangat rajin bekerja, berperilaku baik dan taat beribadah.
Dalam perjalanannya, lubang ini ditutup pada tahun 1920-an karena adanya rembesan air dari Batang Lunto dan kadar gas metana yang terus meningkat. Untuk penghargaan kepada mandor Mbah Soerono yang dipanggil sebagai pahlawan pekerja di masa buruh paksa (orang rantai), maka Lubang Soegar ini lebih populer di tengah masyarakat Sawahlunto dengan sebutan Lobang Tambang Mbah Soero.
Mbah Soero meninggal pada tahun 1930 dan dimakamkan pada kompleks pemakaman manusia rantai di Sawahlunto. Pada bulan April 2008 area ini menjadi objek wisata edukasi Lubang Tambang Mbah Soero lengkap dengan Gedung Galeri Tambang. Keberadaannya juga menjadi salah satu daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Baca Juga : Tri Mandala, Konsep Unik Layout Desa Penglipuran!
0 comments on “Menyusuri Situs Sejarah Lubang Tambang Mbah Soero Warisan UNESCO Di Kota Sawahlunto”