JFC adalah karnaval megah yang membuat Jember semakin terkenal. Bahkan salah satu dari Karisma Event Nusantara 2024 ini telah menginspirasi pelaksanaan di daerah lainnya. Kostum yang megah, menjulang tinggi, tak hanya untuk dinikmati. Ada makna dan dampak luhur di dalamnya. Itulah yang membuat acara ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah peserta dan penonton. Hal ini tak lepas dari asal mula sejarah JFC yang patut dikenang.
Pastikan Kawanjo menjadi saksi mata perkembangan JFC hingga menjadi karnaval terbesar ketiga di dunia. Tak perlu jauh-jauh, acara ini dilaksanakan di Indonesia saja. Pada tanggal 2 hingga 4 Agustus 2024 di Central Park Jember. Saksikan kreativitas para desainer lokal yang mempersembahkan tontonan bertaraf internasional.
Sejarah Jember Fashion Carnaval (JFC)
Jember Fashion Carnaval (JFC) adalah salah satu karnaval paling bergengsi di Indonesia, bahkan diakui secara internasional. Diadakan setiap tahun di Jember, Jawa Timur, JFC telah berkembang menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya Jember. Mampu menarik perhatian ribuan wisatawan lokal dan mancanegara setiap tahunnya.
Ide Jember Fashion Carnaval pertama kali dicetuskan oleh Dynand Fariz, seorang desainer dan visioner asal Jember. Dynand memiliki rumah mode bernama Dynand Fariz International High Fashion Center. Pada tahun 1998, rumah mode ini didirikan sebagai bentuk apresiasi dan kontribusi Dynand di dunia fashion.
Guna memperkenalkan rumah modenya kepada masyarakat, pada tahun 2001 Dynand mengadakan acara fashion week. Ia meminta karyawan rumah mode untuk mengenakan busana yang sedang tren di dunia selama seminggu saat bekerja.
Setahun kemudian, acara fashion week dilakukan dengan cara berbeda. Para karyawan berpawai dengan mengenakan busana daur ulang yang kreatif dan unik di sekitar rumah mode. Pawai tersebut menarik perhatian masyarakat yang memberikan respons positif.
Antusiasme masyarakat terhadap pawai tersebut membuat Dynand ingin menggelar karnaval besar. Pada tahun 2003, Dynand dan tim mulai merancang konsep karnaval secara matang, dengan harapan karnaval ini akan memberikan dampak positif bagi masyarakat Jember. Perencanaan karnaval dilakukan dengan teliti. Yakni meliputi pembuatan visi dan misi, pemilihan tema busana, serta inovasi desain busana.
Bertepatan dengan HUT Jember, JFC pertama diadakan pada 1 Januari 2003 di Alun-alun Jember. Saat itu JFC 2003 diikuti oleh 50 peserta yang terdiri atas karyawan rumah mode Dynand, karyawan salon Dyfa milik Dynand, dan karyawan salon Karisma milik Suyanto, kakak Dynand. Karnaval ini menampilkan tiga defile, yakni Cowboy, Punk, dan Gipsy.
Dynand dan tim sempat menghadapi berbagai kendala. Salah satunya adalah saat pengajuan proposal dan surat izin acara tidak disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Jember. Alasannya karena karnaval fashion dianggap bukan budaya asli Jember dan tema busana yang diangkat cenderung ke arah budaya Amerika. Sedangkan saat itu tengah terjadi konflik antara Amerika dan Irak. Selain itu, rute karnaval yang diajukan dinilai melawan arus lalu lintas.
Meski belum mengantongi izin, Dynand dan tim tetap melanjutkan persiapan. Dynand pantang menyerah beberapa kali melakukan presentasi mengenai visi, misi, dan konsep JFC untuk meyakinkan pihak pemerintah. Akhirnya pada 31 Desember 2002, surat izin penyelenggaraan acara akhirnya disetujui oleh Bupati Jember.
Melihat respons positif dari masyarakat pada Jember Fashion Carnaval pertama, Dynand dan tim sepakat untuk mengadakan JFC kedua di tahun yang sama. Dengan menampilkan defile bertema Arab, Maroko, India, Jepang, dan China.
JFC kedua digelar. Bersamaan dengan acara gerak jalan Tanggul-Jember Tradisional, yakni ada 30 Agustus 2003,
Baca Juga: Biodata Megawati Hangestri dan Prestasinya Bersama Red Sparks Volleyball
Perkembangan Jember Fashion Carnaval
Pada awal penyelenggaraannya, JFC masih berskala kecil dengan partisipasi lokal. Namun, seiring berjalannya waktu, acara ini mengalami perkembangan pesat.
Setiap tahun, JFC mengusung tema-tema yang berbeda, seperti “World Treasure”, “Archipelago”, dan “Victory”, yang menginspirasi para desainer untuk menciptakan kostum-kostum unik dan memukau.
Adapun tema JFC 2024 adalah “Archipelago” dengan tagline “Beyond Binary of Our Story”. Sedangkan defile yang menjadi sub temanya adalah Wayang, Catur, Versailles, Zodiac, Betta Fish, Media, Climate Change, Fairy, Jember, dan Rio.
JFC tidak hanya menjadi ajang parade kostum, tetapi juga menjadi platform bagi para desainer muda dan kreatif untuk menunjukkan bakat mereka. Banyak desainer lokal yang berhasil meraih pengakuan nasional dan internasional berkat partisipasi mereka dalam JFC. Kostum-kostum dari JFC sering kali tampil dalam berbagai pameran dan acara mode di luar negeri, memperkenalkan budaya dan kreativitas Indonesia ke dunia internasional.
Di sisi lain, peserta JFC diambil dari anak-anak dan remaja Kota Jember, yang kemudian dilatih untuk merancang kostum, make-up, hingga gerakan catwalk. JFC juga mendatangkan artis nasional guna turut memperagakan kostum, bahkan ada artis internasional juga. Seperti tahun ini, JFC dihadiri Raisa, Tiara Andini, dan beberapa artis dari negeri Sakura.
Pada pelaksanaan JFC kedelapan belas tahun 2019, duka menerpa. Masih belum usai mempersiapkan, Dynand harus menghadap Sang Kuasa tanggal 17 April 2019. Namun, demi meneruskan perjuangan beliau, Presiden JFC digantikan oleh Budi Setiawan. Sedangkan JFC 18 tetap dilaksanakan pada 31 Juli hingga 4 Agustus 2019.
Turut hadir Bupati Jember serta desainer Anne Avantie. Dimana Anne Avantie juga membawa kostum rancangannya untuk ditampilkan di JFC ke-18. Hingga saat ini, JFC terus berlangsung dengan persiapan yang matang. Sebab JFC telah dinobatkan menjadi karnaval terbesar ketiga di dunia pada tahun 2013. Dan menjadi inspirasi daerah lain untuk event peragaan busana di jalan raya.
Baca Juga: ‘Wes Wayahe Ngelencer nang’ Wisata Jember yang Lagi Hits, Dijamin Kueren!
Dampak Sosial dan Ekonomi
JFC telah membawa dampak positif yang signifikan bagi Jember, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Secara sosial, JFC telah menjadi bagian dari identitas komunitas Jember, mempersatukan masyarakat dalam merayakan budaya dan kreativitas. Acara ini juga meningkatkan rasa kebanggaan lokal dan memperkuat ikatan sosial.
Dari segi ekonomi, JFC telah menjadi daya tarik wisata utama yang mendatangkan ribuan wisatawan setiap tahunnya. Hotel, restoran, dan sektor usaha lainnya di Jember merasakan manfaat ekonomi yang signifikan selama penyelenggaraan acara ini. Selain itu, JFC juga menciptakan peluang kerja bagi banyak orang, mulai dari desainer, penjahit, hingga pekerja event.
Jember Fashion Carnaval telah berkembang dari sebuah ide sederhana menjadi sebuah acara megah yang merayakan kreativitas dan budaya Indonesia. Melalui inovasi kostum dan parade yang spektakuler, sejarah JFC membuktikan tidak hanya bisa menarik perhatian wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal dan memberikan dampak positif bagi perekonomian Jember. Dengan terus berkembang dan berinovasi, JFC diharapkan dapat terus menjadi kebanggaan Indonesia dan inspirasi bagi dunia.
0 comments on “Sejarah Jember Fashion Carnaval yang bukan Hanya Tontonan, Melainkan Juga Sarat Makna dan Dampak Luhur ”