Teori telapak kaki? Apa ini bagian dari promosi toko sepatu dan sandal? Hooo, bukan. Namun, teori ini merupakan kebanggaan warga Parepare. Makna teori ini adalah upaya agar semakin banyak orang yang mengunjungi Parepare. Salah satu program unggulan dalam teori ini adalah pembangunan destinasi wisata 5 dimensi sungai Karajae, yuk baca sampai habis.
Memang, Parepare sebelumnya terkenal ‘hanya’ sebagai tempat persinggahan di tengah kesibukan jalur perdagangan selat Makassar. Namun, seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman membuat kota Habibie – Ainun ini harus berbenah. Optimisme mencuat, yakin Parepare bisa menjadi tempat tujuan banyak orang.
Teori Telapak Kaki Kota Parepare
Dengan teori telapak kaki, diharapkan akan banyak orang yang menjejakkan kakinya dengan berbagai tujuan di kota Parepare. Entah itu untuk pendidikan maupun pariwisata. Dengan pembangunan teori telapak kaki yang digagas oleh bupati Taufan Pawe ini, Parepare mampu menjadi kota yang memiliki magnet untuk dikunjungi.
Baca Juga : 4 Fakta Menarik Tentang Festival Salo Karajae 2022
Salah satu bukti nyata adalah dengan dibangunnya aset wisata berupa monumen Cinta Sejati Habibie Ainun, yang menjadi ikon kota. Juga dikembangkannya kawasan Tonrangeng Riverside menjadi wisata yang multifungsi, untuk menikmati pemandangan sekaligus sebagai pusat kesehatan dan pendidikan.
Terakhir adalah pengembangan pariwisata lima dimensi di Kawasan Sungai Karajae.
Sungai Karajae
Kurang lengkap bila berada di Parepare namun belum mengunjungi sungai (salo) Karajae. Dengan panjang kurang lebih 5 km, sungai ini adalah salah satu sungai terpanjang di Parepare.
Pada zaman dahulu muara salo Karajae terhubung dengan laut. Hal ini menyebabkan wilayah Parepare menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan internasional pada saat itu. Di tahun 1544, Portugis membuka jalur perdagangan di Asia Tenggara dengan mendirikan sebuah pelabuhan internasional di Bacukiki, Parepare.
Salo Karajae ini kemudian menjadi salah satu tempat berwisata bagi masyarakat. Dengan pemandangan sekitar sungai yang mampu memanjakan mata pengunjung. Di sekitar sini pula setiap tahunnya diadakan festival Salo Karajae untuk memperingati hari pariwisata sedunia.
Festival Salo Karajae merupakan agenda rutin yang bertujuan menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung ke Parepare. Karena saat itu beragam potensi daerah akan ditampilkan. Upaya melestarikan budaya pun tercipta.
Baca Juga : Intip Keindahan Pulau Sombori, Raja Ampatnya Sulawesi Tengah
Melalui acara ini pula, diharapkan masyarakat lokal mau terlibat dengan bangga mempromosikan daerahnya. Hingga akhirnya perekonomian rakyat menjadi semakin meningkat. Itulah, salah satu tujuan dari teori telapak kaki yang dijelaskan sebelumnya.
Destinasi Pariwisata 5 Dimensi di Kawasan Sungai Karajae
Nah, salah satu sektor pengembangan teori telapak kaki kita Parepare adalah pembangunan kawasan sungai Karajae. Mengingat betapa vitalnya Salo Karajae bagi masyarakat, terwujudlah pariwisata di sekitar aliran sungai.
Pemerintah setempat menamakan dengan wisata 5 Dimensi sungai Karajae Parepare. Dimana pengunjung akan disajikan 5 objek wisata menarik dengan harga tiket yang sangat terjangkau.
Wisata 5 dimensi sungai Karajae adalah paket berwisata dalam satu kawasan yakni Kampung Wisata Budaya Watang Bacukiki dan Tonrangeng. Paket ini akan memberikan 5 sensasi serta pengalaman berbeda dalam satu
kawasan, berupa:
- Menyusuri kawasan sungai Karajae
Dengan naik perahu motor, wisatawan akan diajak menyusuri sungai Karajae. Nampak jelas pemandangan khas muara sungai dengan beragam flora dan faunanya. Cocok sekali bagi penggemar foto untuk mengabadikan lukisan alam ini.
Beberapa mitos lokal ternyata juga jadi daya tarik untuk menyusuri sungai selama 30 menit ini. Untuk membuktikan apakah benar terdapat buaya di dalam sungai Karajae. Dan apakah terbukti, jembatan yang melintas di atas sungai mengandung aura mistis. Namun bagaimanapun, mitos hanyalah mitos. Akan terkubur dengan sensasi menikmati keindahan alam.
- Bersepeda
Mengendarai sepeda adalah destinasi kedua dari paket wisata 5 dimensi sungai Karajae. Dengan sepeda tanpa mesin ini, wisatawan akan diajak menyusuri sawah – sawah di sekitar sungai.
Dengan pemandangan khas alam desa, hamparan tumbuhan padi dan kokohnya pegunungan akan mampu menyegarkan mata. Badan sehat, jiwa pun segar.
- Mencicipi kuliner
Di tengah perjalanan bersepeda, wisatawan akan berhenti di salah satu kampung. Di sana telah disajikan masakan khas masyarakat lokal. Wisatawan pun dipersilakan untuk menyantap dengan bijak.
Adapun olahan kuliner khas Parepare yang bisa ditemui misalnya roti berre, roti beras yang dimakan dengan madu. Ada juga kue apang paranggi dengan rasa gula merah. Atau roti mantau yang harus digoreng dulu sebelum dimakan. Tak lupa, sajian makanan berat seperti nasu palekko dan kanre santan.
Lelah bersepeda terbayar sudah dengan makanan lezat yang dinikmati sambil bercengkrama. Bersama kawan seperjalanan dan penduduk setempat selaku tuan rumah.
- Mappadendang
Pengalaman wisata selanjutnya tak kalah mengesankan. Selesai santap siang, wisatawan akan diajak mencoba terlibat dalam tradisi mappadendang. Ada sanggar seni lokal yang akan mendampingi dalam mencoba produk kebudayaan khas Parepare ini.
Mappadendang adalah upacara tasyakuran panen padi yang merupakan adat masyarakat bugis sejak dulu. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah panen raya dan memasuki musim kemarau, pada malam hari saat bulan purnama. Pada dasarnya, mappadendang merupakan harmoni bunyi tumbukan alu ke lesung yang silih berganti sewaktu menumbuk padi. Beberapa bagian menggunakan nada – nada tertentu yang khas.
Baca Juga : 3 Destinasi Wisata Eksotis di Sulawesi Tenggara yang Wajib Dikunjungi
Mappadendang menggunakan peralatan. Yaitu lesung dengan panjang mulai dari 150 cm hingga 300 cm. Lebarnya adalah 50 cm. Bentuk lesung mirip perahu kecil namun berbentuk persegi panjang.
Peralatan kedua adalah enam batang alat penumbuk yang biasanya terbuat dari kayu keras atau bambu. Empat penumbuk ini berukuran setinggi orang. Dua alat penumbuk sisanya berukuran lebih pendek. Sekitar setengah meter.
Dengan alunan alat penumbuk yang memukul lesung, bila sesuai aturan akan terdengar merdu dan harmonis.
- Pantai Tonrangeng
Terakhir, wisatawan akan diajak kembali menyusuri sungai Karajae untuk menuju pantai Tonrangeng. Obyek wisata ini terkenal dengan penangkaran terumbu karangnya, sehingga wajib untuk dikunjungi.
Di spot snorkeling pantai Tonrangeng, wisatawan akan diajak menyaksikan keindahan alam bawah laut. Berbagai bentuk dan warna karang tersaji, sebagai sarana bermain berbagai biota laut yang lucu.
Apabila tidak ingin berbasah – basah, maka pilihan bersantai di pantai juga bisa jadi unggulan. Keindahannya tak kalah menarik dan pas sekali untuk sejenak me-refresh pikiran. Atau berfoto – foto di sana? Bisa juga!
Baca Juga : Trip ke Gorontalo dan Pulo Cinta
Itu tadi 5 dimensi pariwisata di sungai atau salo Karajae, Parepare. Beragam aktivitas yang menarik di sini, akhirnya mampu menjadi magnet untuk kunjungan lebih banyak ‘telapak kaki’. Banyaknya kunjungan diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan sektor kehidupan lain di kota Parepare.
Jaya terus pariwisata Parepare, dengan teori telapak kakinya!
Bahagia dengan berwisata,
bareng Pigijo solusinya!
0 comments on “Wisata 5 Dimensi Sungai Karajae, Wujud Teori Telapak Kaki Parepare”