Belum ada ide bertualang pada liburan mendatang? Bagaimana jika pergi ke ribuan tahun silam sebelum sejarah datang? Taman Arkeologi Leang-Leang Maros adalah pilihan cemerlang! Berada di sana bagai menyusuri lorong waktu, menelisik kehidupan nusantara saat zaman prasejarah.
Sebuah destinasi wisata di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan ini edukasi tentang kepurbakalaan. Dengan nama sebelumnya taman prasejarah Leang-Leang dan taman purbakala Leang-Leang, obyek ini berdiri dalam luasan lahan 1,5 hektar. Dengan piawai pengelola membuat jalan setapak berpaving untuk pengunjung yang ingin berkeliling. Rumput hijau di antara batu-batuan karst, mampu menambah eksotisme sebuah tempat yang disebut taman batu purba ini. Bak tersihir, datang ke sini akan membuat hati sontak kagum sekaligus senang.
Taman Arkeologi Leang-Leang menjadi wisata sejarah yang sangat penting bagi daerah Sulawesi Selatan. Di sini adalah tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi perkembangan kehidupan manusia sejak zaman purba.
Tak cukup hanya karena fungsinya sebagai tempat penelitian, objek wisata ini perlu terus dikembangkan. Mengingat banyak juga peluang potensial yang membuat Taman Arkeologi Leang – leang bisa semakin berkembang.
Di antara potensi yang dimilikinya adalah:
Letak Geografis
Lokasinya yang berada di Lingkungan Leang-Leang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ini cukup strategis. Karena mudah diakses dari Kota Makassar, hanya perlu waktu 44 menit untuk menempuh jarak 27 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Perjalanan dari kota Bone bisa diawali dari Bandar Udara Arung Palakka untuk menempuh jarak 147 km dalam kurun waktu 3,5 jam.
Taman Arkeologi Leang-Leang ini juga dekat dengan kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung, objek wisata yang lebih dulu terkenal.
Sekali lagi, keindahan alam taman Arkeologi Leang – Leang sangat eksotik. Berada di Kawasan Karst Maros-Pangkep yang diakui sebagai kawasan karst terluas kedua di dunia, area ini berumur puluhan ribu tahun. Terdapat gua – gua prasejarah di dalam batu – batuan karst berukuran besar.
Suasana hijau pepohonan juga memberi kombinasi cantik. Apalagi juga ada sungai tepat di depan gua Leang-Leang, singkapan batu kapur yang tersebar di areal persawahan penduduk, dan pemandangan Puncak Bulusaraung dari atas gua.
Sumber daya budaya
Gua yang ada di Leang-Leang merupakan sebagai tempat tinggal manusia pada jaman dahulu. Di sana juga terdapat berbagai lukisan. Bisa dibilang karya seni ini adalah cara manusia purba mengekspresikan diri mereka.
Dengan bukti ini, di taman arkeologi Leang – leang juga mempunyai potensi budaya yang sangat kental.
Dukungan Masyarakat dan Pemerintah
Adanya taman arkeologi Leang – leang juga mampu membuka kesempatan perbaikan ekonomi untuk masyarakat sekitar. Yaitu berupa lapangan pekerjaan dan peluang bisnis. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya toko souvenir, warung – warung, dan penginapan yang dikelola oleh warga.
Dukungan dari pemerintah juga terlihat dari peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal PHKA, Balai Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung, dan perangkat yang ada di bawahnya. Dengan dukungan tersebut, fasilitas wisata juga telah tersedia. Seperti ruang rapat, mushola, dan toilet.
Daya Tarik Taman Arkeologi Leang-Leang Maros
Berada di Taman Arkeologi Leang-Leang adalah sebuah keberuntungan. Sebab Kawanjo bisa menikmati beragam daya tarik yang bisa jadi tak pernah ditemukan sebelumnya. Hal inilah yang justru menjadi alasan para wisatawan untuk mengunjunginya.
Inilah yang membuat Kawanjo serta wisatawan lainnya tertarik datang dan bertualang di sini:
Lukisan zaman purba
Di salah satu gua, ada banyak gambar yang diperkirakan masuk dalam daftar 10 besar lukisan tertua di dunia. Ada lukisan telapak tangan manusia berwarna merah marun di dinding gua. Menurut para ahli, gambar telapak tersebut merupakan tangan salah satu suku yang baru saja mengikuti ritual potong jari. Yaitu sebuah budaya yang melambangkan duka cita atas meninggalnya seseorang. Ada juga berbagai lukisan telapak dalam berbagai posisi.
Selanjutnya adalah gambar babi rusa yang terkena panah di bagian dada. Ada juga gambar perahu yang melengkapi pesona hasil kreasi manusia purba di area taman arkeologi Leang – leang.
Lukisan gua di atas menggambarkan aspek religi, teknologi, mata pencaharian, ekologi, dan seni pada masyarakat masa lalu. Inilah yang kemudian menjadi sumber berbagai penelitian tentang kehidupan manusia purba.
Peralatan
Selain lukisan, di dalam gua juga bisa dilihat peralatan manusia purba yang terbuat dari batu. Ada juga sisa-sisa makanan yang berupa tulang binatang dan hewan-hewan laut.
Ada banyak gua di area taman arkeologi Leang – leang. Namun dua gua yang sudah dibuka untuk wisatawan adalah gua Leang Pettae dan Leang Pettakere. Gua lainnya masih ditutup untuk keperluan penelitian.
Menurut para ahli arkeologi, gua tersebut dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000-3.000 sebelum Masehi. Leang Pettae berada di sebelah selatan atau sekitar 50 meter dari jalan poros. Di gua ini ditemukan artefak batu, sisa-sisa makanan, dan juga lukisan dinding berupa cap tangan.
Gua Leang Pettakere yang berjarak sekitar 400 meter di sebelah utara berada pada ketinggian tebing gamping. Di dalam sinilah bisa dilihat lukisan cap tangan dan babi rusa berukuran besar dengan warna merah muda.
Kompleks gua di taman arkeologi Leang – leang menyimpan bukti keberadaan ras Mongoloid atau komunitas Austronesia pada masa prasejarah di Sulawesi Selatan. Bukti tersebut menjadi jati diri dari etnis Bugis, Makassar, dan Toraja yang mendiami Sulawesi Selatan sekarang.
Obyek wisata lainnya
Taman Arkeologi Leang-Leang juga dekat dengan beberapa tempat yang bisa digunakan untuk berwisata. Diantaranya Bola Leppangeng, Bola Toana, Pusat Informasi Gambar Prasejarah, taman batu, sungai purba, bukit karst, dan lain-lain.
Taman Arkeologi Leang – leang menjadi destinasi yang menarik dan susah untuk dilewatkan. Sensasi berada di sana membuat Kawanjo merasa riang dan enggan pulang sebelum paham banyak hal mengenai kehidupan purbakala.
Mumpung ada paket wisata ke taman Arkeologi Leang – leang dari Pigijo, yuk ah jangan sampai terlewat!
Belum ada ide bertualang pada liburan mendatang? Bagaimana jika pergi ke ribuan tahun silam sebelum sejarah datang? Taman Arkeologi Leang-Leang Maros adalah pilihan cemerlang! Berada di sana bagai menyusuri lorong waktu, menelisik kehidupan nusantara saat zaman prasejarah.
Sebuah destinasi wisata di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan ini edukasi tentang kepurbakalaan. Dengan nama sebelumnya taman prasejarah Leang-Leang dan taman purbakala Leang-Leang, obyek ini berdiri dalam luasan lahan 1,5 hektar. Dengan piawai pengelola membuat jalan setapak berpaving untuk pengunjung yang ingin berkeliling. Rumput hijau di antara batu-batuan karst, mampu menambah eksotisme sebuah tempat yang disebut taman batu purba ini. Bak tersihir, datang ke sini akan membuat hati sontak kagum sekaligus senang.
Baca juga: Travel Pattern Sulawesi Selatan
Potensi Taman Arkeologi Leang-Leang Maros
Taman Arkeologi Leang-Leang menjadi wisata sejarah yang sangat penting bagi daerah Sulawesi Selatan. Di sini adalah tempat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama bagi perkembangan kehidupan manusia sejak zaman purba.
Tak cukup hanya karena fungsinya sebagai tempat penelitian, objek wisata ini perlu terus dikembangkan. Mengingat banyak juga peluang potensial yang membuat Taman Arkeologi Leang – leang bisa semakin berkembang.
Di antara potensi yang dimilikinya adalah:
Lokasinya yang berada di Lingkungan Leang-Leang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, ini cukup strategis. Karena mudah diakses dari Kota Makassar, hanya perlu waktu 44 menit untuk menempuh jarak 27 km dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Perjalanan dari kota Bone bisa diawali dari Bandar Udara Arung Palakka untuk menempuh jarak 147 km dalam kurun waktu 3,5 jam.
Taman Arkeologi Leang-Leang ini juga dekat dengan kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung, objek wisata yang lebih dulu terkenal.
Baca juga: Taman Wisata Gerih Abiansemal Bali
Sekali lagi, keindahan alam taman Arkeologi Leang – Leang sangat eksotik. Berada di Kawasan Karst Maros-Pangkep yang diakui sebagai kawasan karst terluas kedua di dunia, area ini berumur puluhan ribu tahun. Terdapat gua – gua prasejarah di dalam batu – batuan karst berukuran besar.
Suasana hijau pepohonan juga memberi kombinasi cantik. Apalagi juga ada sungai tepat di depan gua Leang-Leang, singkapan batu kapur yang tersebar di areal persawahan penduduk, dan pemandangan Puncak Bulusaraung dari atas gua.
Gua yang ada di Leang-Leang merupakan sebagai tempat tinggal manusia pada jaman dahulu. Di sana juga terdapat berbagai lukisan. Bisa dibilang karya seni ini adalah cara manusia purba mengekspresikan diri mereka.
Dengan bukti ini, di taman arkeologi Leang – leang juga mempunyai potensi budaya yang sangat kental.
Adanya taman arkeologi Leang – leang juga mampu membuka kesempatan perbaikan ekonomi untuk masyarakat sekitar. Yaitu berupa lapangan pekerjaan dan peluang bisnis. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya toko souvenir, warung – warung, dan penginapan yang dikelola oleh warga.
Dukungan dari pemerintah juga terlihat dari peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal PHKA, Balai Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung, dan perangkat yang ada di bawahnya. Dengan dukungan tersebut, fasilitas wisata juga telah tersedia. Seperti ruang rapat, mushola, dan toilet.
Daya Tarik Taman Arkeologi Leang-Leang Maros
Berada di Taman Arkeologi Leang-Leang adalah sebuah keberuntungan. Sebab Kawanjo bisa menikmati beragam daya tarik yang bisa jadi tak pernah ditemukan sebelumnya. Hal inilah yang justru menjadi alasan para wisatawan untuk mengunjunginya.
Inilah yang membuat Kawanjo serta wisatawan lainnya tertarik datang dan bertualang di sini:
Di salah satu gua, ada banyak gambar yang diperkirakan masuk dalam daftar 10 besar lukisan tertua di dunia. Ada lukisan telapak tangan manusia berwarna merah marun di dinding gua. Menurut para ahli, gambar telapak tersebut merupakan tangan salah satu suku yang baru saja mengikuti ritual potong jari. Yaitu sebuah budaya yang melambangkan duka cita atas meninggalnya seseorang. Ada juga berbagai lukisan telapak dalam berbagai posisi.
Selanjutnya adalah gambar babi rusa yang terkena panah di bagian dada. Ada juga gambar perahu yang melengkapi pesona hasil kreasi manusia purba di area taman arkeologi Leang – leang.
Lukisan gua di atas menggambarkan aspek religi, teknologi, mata pencaharian, ekologi, dan seni pada masyarakat masa lalu. Inilah yang kemudian menjadi sumber berbagai penelitian tentang kehidupan manusia purba.
Selain lukisan, di dalam gua juga bisa dilihat peralatan manusia purba yang terbuat dari batu. Ada juga sisa-sisa makanan yang berupa tulang binatang dan hewan-hewan laut.
Baca juga: Wisata Gunung Kapur Klapanunggal
Ada banyak gua di area taman arkeologi Leang – leang. Namun dua gua yang sudah dibuka untuk wisatawan adalah gua Leang Pettae dan Leang Pettakere. Gua lainnya masih ditutup untuk keperluan penelitian.
Menurut para ahli arkeologi, gua tersebut dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000-3.000 sebelum Masehi. Leang Pettae berada di sebelah selatan atau sekitar 50 meter dari jalan poros. Di gua ini ditemukan artefak batu, sisa-sisa makanan, dan juga lukisan dinding berupa cap tangan.
Gua Leang Pettakere yang berjarak sekitar 400 meter di sebelah utara berada pada ketinggian tebing gamping. Di dalam sinilah bisa dilihat lukisan cap tangan dan babi rusa berukuran besar dengan warna merah muda.
Kompleks gua di taman arkeologi Leang – leang menyimpan bukti keberadaan ras Mongoloid atau komunitas Austronesia pada masa prasejarah di Sulawesi Selatan. Bukti tersebut menjadi jati diri dari etnis Bugis, Makassar, dan Toraja yang mendiami Sulawesi Selatan sekarang.
Taman Arkeologi Leang-Leang juga dekat dengan beberapa tempat yang bisa digunakan untuk berwisata. Diantaranya Bola Leppangeng, Bola Toana, Pusat Informasi Gambar Prasejarah, taman batu, sungai purba, bukit karst, dan lain-lain.
Taman Arkeologi Leang – leang menjadi destinasi yang menarik dan susah untuk dilewatkan. Sensasi berada di sana membuat Kawanjo merasa riang dan enggan pulang sebelum paham banyak hal mengenai kehidupan purbakala.
Mumpung ada paket wisata ke taman Arkeologi Leang – leang dari Pigijo, yuk ah jangan sampai terlewat!
Related posts: