Hai, kawanjo! Besok ulang tahun Jakarta yang ke 494, lho. Iya, tepat tanggal 22 Juni 2021, Jakarta akan merayakan ulang tahun yang tak marak dan tak seheboh biasanya. Jadi, untuk ikut merayakan hari jadi di tengah pandemi, tentu banyak hal yang bisa kawanjo lakukan. Tak melulu harus datang ke PRJ, kawanjo juga bisa hunting kuliner khas Betawi yang sudah jarang ada di ibu kota!
Hmmmm… Penasaran nggak sih ada makanan apa saja yang bisa dinikmati? Karena sajian autentik Betawi itu tak cuma soto Betawi, Kerak Telor, dodol, gabus pucung, bir pletok, dan nasi uduk. Ada banyak sekali yang kawanjo mungkin belum pernah dengar. Daripada makin kepingin tahu, baca artikel berikut ini, ya. Dijamin beberapa diantaranya gak familiar sama sekali!
- Bubur Ase
Merupakan kependekan dari Asinan Semur, bubur ase punya keunikan sendiri yaitu disajikan dingin tak seperti bubur sarapan kebanyakan. Lalu, kuahnya juga bukan santan atau kaldu ayam melainkan kuah semur yang di dalamnya terdiri dari potongan daging dan juga kentang, serta masih pula disiram dengan asinan betawi yang gurih dan asam. Wow! Seperti apa rasanya, ya?
Meski terdengar asing, namun saat dimakan perpaduan ini nyatanya memberi cita rasa akhir yang mengesankan. Manis, asam, asin, dan gurih bak jadi satu kesatuan seru yang membuat bubur ase jadi unik di antara bubur-bubur yang biasa kawanjo temukan di Jakarta. Tampilannya yang gelap karena diguyur kuah semur ternyata malah bikin bubur ini jadi terlihat seperti nasi rawon.
Usut punya usut, dulunya bubur ini juga dilengkapi dengan teri medan untuk meramaikan tekstur yang ada. Yup, jadi ada garing-garingnya! Tapi karena kini bahan bakunya mahal, jadi tambahan itu senantiasa ditiadakan. Oleh karenanya, kalau mau makan bubur ase yang komplit, kawanjo bisa tambahkan sate ati ampela untuk kenikmatan asli Betawi yang lebih maksimal.
Oh, iya. Bubur Ase juga punya arti yang lain, lho. Selain merupakan singkatan dari ‘asinan semur’, bubur ase juga disinyalir berasal dari kata AC (air conditioner) karena dalam penyajiannya bubur ini dihidangkan dingin seperti AC (dibaca: ase). Terutama sesaat setelah ditambahkan kuah asinan yang dingin. Bubur ini makin jadi cold dish yang layak kawanjo coba. Uuuh, jadi ingin!
2. Nasi Ulam
Punya konsep mirip nasi rames, nasi ulam jelas jauh berbeda dengan segala isi, siraman, dan bubuk pelengkapnya. Kalau kawanjo belum pernah coba, maka kawanjo bisa datang ke area Glodok, Kota, untuk menyambangi Nasi Ulam Misdjaya yang merupakan salah satu nasi ulam gerobakan ter-autentik yang tersisa di ibukota.
Lauk pelengkapnya ada banyak. Mulai dari telur dadar, bihun goreng, cumi kering, semur tempe, semur tahu, tempe goreng, perkedel, dan juga dendeng! Lalu untuk bubuk taburannya, ada bubuk kacang yang terbuat dari kacang tanah di mana semakin menambah gurih tiap suapan yang kawanjo nikmati. Belum lagi saat ditambah kerupuk, emping, timun, dan daun kemangi. Alamakjannn!
3. Sayur Babanci
Ini dia salah satu sayur asli Betawi yang paling unik dan tak ada duanya. Dibuat dari 21 jenis rempah yang semakin sulit ditemui, sayur ini makin lama jadi makin langka karena ketersediaan bahan utamanya tak lagi ada. Sebut saja kedaung, botor, tai angin, lempuyang, temu mangga, sampai bangle. Enam bahan ini nyatanya bukan lagi sulit dicari namun hampir seutuhnya sirna.
Banyak kisah yang menjelaskan mengapa sayur ini dinamakan sayur babanci. Pertama, ia disebut ‘banci’ karena identitasnya dianggap tak jelas. Kalau dibilang sayur, jelas ia bukan sayur karena komponen sayur benar-benar tak ada dalam hidangan ini. Malah isinya dominan ketupat dan juga daging sapi. Rasanya pun jauh dari rasa sayur melainkan dekat dengan rasa kari dan juga gulai kental.
Kedua, karena dimakan dengan ketupat, maka ia disebut babanci karena ketupat merupakan makanan favorit para ‘banci’ atau ‘waria’ di lingkungan masyarakat Betawi di masa lalu. Terakhir, nama ini dianggap merupakan kependekan dari kata ‘babah’ dan ‘encik’ karena racikannya memang dibuat oleh tangan peranakan Betawi-Tionghoa di masa lalu.
Sekarang, sayur ini hanya keluar pada saat hajatan atau Hari Raya Idul Fitri saja. Namun kalau kawanjo penasaran akan rasanya, kawanjo bisa datang ke restoran Historia yang ada di bilangan kota. Di sini. sayur babanci masih jadi salah satu menu andalan yang mungkin takkan kawanjo temukan di tempat lain. Gurih, kental, dan lezat bukan kepalang!
4. Kue Dongkal
Kalau di pinggir jalan kawanjo lihat ada pedagang kue ini, maka artinya kawanjo harus berhenti dan cobain! Kenapa? Karena keberadaannya hampir punah. Hiks, sedih ya! Kue-kue tradisional khas Betawi memang lambat laun makin tergerus zaman. Kalah sama cheese pie, corn dog, sampai tteokbokki. Huhu…. Makanya setidaknya satu kali, kawanjo harus beli supaya tahu rasanya.
Well, pada dasarnya, rasa kue dongkal mirip dengan kue putu. Hanya saya ia dibuat dari tepung beras campur gula merah di mana adonan dasar kue putu adalah kelapa parut & gula merah. Jadi, pembedanya hanya di tepung berasnya saja. Kalau kue putu gulanya dimasukkan ke dalam kelapa yang digulung, kalau kue dongkal gula merahnya diletakkan lapis demi lapis sebelum dikukus.
Cetakannya pun berbeda. Kalau kue putu pakai potongan bambu, kalau kue dongkal pakai cetakan segitiga kerucut dari anyaman bambu bernama aseupan. Dikukusnya pun pakai alat khusus yang bernama dandang seeng. Iya, dandang untuk mengukus nasi di masa lalu. Jadi nanti aseupan yang sudah diisi bahan kue dongkal dimasukkan ke dalam dandang untuk dikukus secara terbalik.
Saat sudah selesai, kue dongkal dikeluarkan seutuhnya dari cetakan hingga berbentuk tinggi menjulang seperti gunung. Saat kawanjo beli, nanti ia dipotong dari ujung paling atas lalu dipotong lagi kecil-kecil dan diberi taburan kelapa. Ini yang makin bikin mirip dengan kue putu. Lalu setelah itu, baru deh dimasukkan ke dalam kotak untuk dibawa pulang.
Ada yang bilang kue ini sesungguhnya asalnya dari Jawa Barat. Kalau dilihat dari nama cetakannya, sih bisa jadi, ya. Karena aseupan artinya adalah alat masak yang digunakan untuk proses pengasapan atau penguapan. Tapi tak menutup kemungkinan juga kue ini lahir di Betawi. Jadi dari mana pun ia berasal, yang penting kue in tetap enak! Hehehe..
5. Kue Geplak
Terbuat dari beras agak pera’ yang kemudian dihaluskan untuk dijadikan tepung, proses pembuatan kue geplak memang terbilang tak mudah karena sedikit merepotkan. Setelah jadi tepung, adonan pertama dicampurkan dengan kelapa parut sangrai dan juga gula pasir cair untuk kemudian diaduk selagi panas menggunakan tangan sampai rata, mengental, dan jadi padat.
Setelah itu, adonan padat harus segera dimasukkan ke dalam cetakan bernama tenong dan harus pula diratakan dengan cara agak dipukul dengan tangan. Inilah yang membuatnya dinamakan kue geplak. Karena waktu dibuat ia harus digeplak-geplak! Meski kini sudah jarang ada, namun dulunya kue ini kerap digunakan sebagai hantaran pengantin dalam tradisi pernikahan adat Betawi.
Kalau kawanjo penasaran, coba deh cari di e-commerce. Biasanya suka banyak tuh yang jual kue geplak rumahan siap antar. Atau paling tidak, kawanjo harus sabar sedikit kalau harus ikutan PO. Soalnya kalau cari offline belum tentu dapat. Banyak yang bilang di Setu Babakn ada yang jual. Tapi terakhir katanya sudah tidak ada. Jadi daripada antara ada dan tiada, pesan online saja, ya!
6. Sayur Besan
Sesuai dengan namanya, sayur besan biasa dihidangkan setelah pesta pernikahan adat Betawi untuk menyambut orangtua mempelai. Di sini, sayur besan digunakan sebagai simbol penghormatan antar sesama orangtua pengantin yang telah jadi satu keluarga dalam ikatan perkawinan. Tak hanya itu, sayur ini juga kerap dihidangkan saat acara kumpul besan.
Bahan utamanya yaitu terubuk (telur tebu), santan, kentang, sohun, petai, dan juga udang kering. Nanti, butir-butir terubuk akan saling mendekat lalu menyatu jadi bonggol di dalam panci. Inilah yang melambangkan persatuan dua keluarga dalam ikatan perkawinan. Warna kuahnya kuning tapi bukan seperti kari. Rasanya lebih mendekati laksa Betawi. Gurih, kental, sedap!
7. Kue Sengkulun
Pada dasarnya kue ini diakui berasal dari banyak daerah di mana beberapa diantaranya adalah Jepara, Palembang, dan juga Demak. Namun karena banyak yang menyebutkan asalanya ialah dari Betawai karena ada percampuran budaya Tionghoa di dalamnya, maka anggap saja memang kue sengkulun lahir di Betawi.
Bahan utamanya adalah tepung ketan. Sedikit mirip kue keranjang karena punya permukaan berbintil kasar dan bertekstur kenyal, lunak, dan lembut, kue ini juga pakai gula merah yang membuatnya manis dan berwarna cokelat. Meski demikian, tak jarang juga, lho kue ini diberi pewarna lain seperti merah dan juga hijau agar tampil cantik dan menarik.
Tak cuma itu, penggunaan santan kental pada adonan kue ini juga menjadikannya punya rasa gurih dan legit yang begitu khas. Dimasak dengan cara dikukus dalam waktu sekitar 2 jam, saat matang kue ini segera disajikan bersama kelapa parut seperti layaknya kue dongkal atau putu ayu. Gimana nggak menggoda selera!
8. Laksa Betawi
Meski terhitung masih banyak ada di Jakarta, tapi makanan satu ini memang layak masuk dalam list. Karena selain enak dan segar disantap kapan saja, cita rasanya itu, lho. Lain dari laksa Palembang dan laksa lainnya! Laksa Betawi punya pengaruh kuat dari Tionghoa. Oleh karenanya penggunaan ebi harus diutamakan. Sekilas mirip laksa Singapura, namun laksa Betawi lebih unik karena menggunakan rempah bernama temu mangga.
Keistimewaan temu mangga sendiri ialah wangi rempah ini benar-benar menyerupai mangga muda yang baru dikupas. Oleh karenanya saat digunakan, aroma dan rasa yang dimunculkan pada laksa membuatnya jadi harum, segar, dan sedikit asam. Cocok sekali untuk menyeimbangkan rasa dari kuah santan kuning yang terbilang pekat dan cukup kental.
Meski demikian, cara penyajiannya mirip dengan laksa lainnya. Yaitu dicampur dengan ketupat, bihun, potongan ayam, kecambah, telur rebus, kemangi, irisan daun kucai, emping, dan juga bawang goreng. Yummmmm! Diguyur dengan kuah kental yang banyak, kawanjo pasti bisa menemukan perbedaan rasa dari laksa Betawi dan laksa lainnya. Laksa Betawi punya aroma dan rasa mangga!
9. Ali Bagente
Kalau kawanjo tahu makanan bernama intip, nah Ali Bagente adalah bentuk yang sama namun dengan nama yang berbeda. Dibuat dari kerak nasi yang dijemur sampai kering lalu digoreng, Ali Bagente juga dilengkapi dengan siraman gula merah di atasnya agar menambah cantik penampilan dan makin enak saat dimakan.
Dulunya, kue ini dibuat agar ibu rumah tangga tak membuang kerak nasi yang ada di bagian bawah kuali. Karena mengeras dan kecokelatan, maka nasi yang dimasak di atas tungku ini jadi tak layak untuk dihidangkan. Daripada dibuang, maka ia dikumpulkan lalu dikeringkan lalu diolah jadi cemilan baru yang ternyata enak untuk disantap kala iseng.
Kenapa namanya Ali Bagente? Menurut cerita, pada jaman dahulu kala, ada pemuda keturunan Arab bernama Ali. Ia suka sekali dengan makanan ini sampai-sampai ia jatuh cinta pada seorang penjual camilan kerak nasi tersebut. Saat membeli dari perempuan itu, Ali pun berkata “Ali bah Ente!” yang artinya ‘Ali mencintaimu’. Dari situlah nama Ali Bagente muncul
10. Ayam Sampyok
Lagi-lagi hasil dari akulturasi budaya Betawi – Tionghoa, muncullah ayam sampyok yang begitu lezat dan kaya rempah. Sekilas tampilannya mirip rendang ayam. Tapi saat dimakan, rasa gurih dan asin sangat mendominasi keseluruhan daging ayam. Ia dimasak dengan dua proses. Diungkep dengan bumbu kacang dan santan kelapa lalu setelah itu dibakar di atas bara.
Pemberian bumbunya pun dua kali. Pertama dalam ungkepan, kedua saat sebelum dibakar. Kalau dari namanya, sebelum dibakar ayam ini diguyur dengan bumbu kedua yaitu bumbu yang telah ditumis sampai harum. Jadi semua bahan meresap sempurna sampai ke dalam tulang. Bahkan, ayam sampyok yang sekarang dibakarnya pakai madu, lho. Duh, lezat sekali!
11. Biji Ketapang
Nah kalau ini, sebagian dari kawanjo pasti masih tahu dan masih sering menemukannya di sekitaran. Baik dijual sebagai cemilan warung atau sebagai kue khas Bulan Ramadan. Rasanya manis, gurih, dan punya tekstur sangat renyah karena diproses dengan cara digoreng. Bahan dasarnya pun mudah didapat. Hanya terigu, margarin, gula, santan, telur, garam, dan vanili.
Cara bikinnya relatif gampang. Tak heran cemilan ini masih ada sampai sekarang. Hanya campur semua bahan lalu potong kecil-kecil sebesar ujung ibu jari, lalu goreng sampai kecokelatan. Jadi! Lalu kenapa namanya biji ketapang? Karena memang bentuk dan ukurannya mirip dengan biji pohon ketapang yang tingginya hanya sekitar 1- 2 meter saja. Dulu di Jakarta banyak sekali!
12. Akar Kelapa
Terakhir, ada kue akar kelapa yang kalau dibilang langka sih sebenarnya belum langka-langka amat, tapi kalau tiba-tiba pengen, suka nggak ada dicari di mana-mana. Jadi masuk ke kategori langka aja deh, ya. Hehehe! Kue akar kelapa ini sebenarnya adalah kue kering yang bentuknya mirip akar pohon kelapa. Rasanya manis dan gurih karena dibuat dari macam-macam bahan.
Berbeda dengan biji ketapang yang hanya dibuat dari tepung dan margarin, akar kelapa diolah lebih rumit dari tepung beras putih, kelapa parut, tepung sagu, telur, dan bermacam bahan lainnya. Dulu, kue ini merupakan kue wajib masyarakat Betawi saat menjelang Idul Fitri. Harus dihidangkan bersama kacang goreng, kue ini juga wajib disajikan saat acara hajatan jenis apa pun digelar.
Lalu, kalau biji ketapang dicetak hanya dengan cara dipotong-potong pakai pisau, akar kelapa harus dibentuk dengan cetakan khusus berbentuk bintang yang menjadikannya tampil panjang seperti churros atau melingkar namun bergerigi. Effort-nya lebih besar karena makan waktu dan tenaga. Tak heran biji ketapang masih lebih gampang dicari dibandingkan akar kelapa ini.
0 comments on “Ulang Tahun Jakarta, Cari 12 Kuliner Betawi yang Sudah Langka Ini, Yuk!”