Bulan Muharram selalu meriah di kota Ponorogo. Dalam bahasa Jawa, bulan yang disebut Suro ini disemarakkan dengan pementasan Festival Reog Ponorogo. Banyak orang tak sabar menantikan penampilan tokoh penari reog. Dalam iringan musik tradisional dan balutan koreografi penuh gegap gempita.
Festival Reog Ponorogo
Baru saja usai, gelaran Festival Reog Ponorogo 2023 berlangsung sukses. Dalam kurun waktu 15-18 Juli 2023, acara ini berhasil menarik animo masyarakat. Acara seperti ini telah dilaksanakan sejak tahun 1997, sebagai peringatan datangnya bulan Muharram dan HUT Kota Ponorogo.
Inti dari pesta rakyat ini adalah perlombaan Reog. Berbagai kelompok kesenian dari berbagai daerah terlibat. Animo penonton untuk menyaksikan Festival Reog Ponorogo pun sangat besar. Bahkan di antaranya terdapat peneliti dari Inggris, Polandia, dan Australia. Sehingga menteri parekraf Sandiaga Uno optimis, tahun depan acara budaya ini bisa jadi event internasional.
Acara yang bertujuan untuk melestarikan budaya daerah ini ternyata juga memiliki fungsi lain. Yaitu sebagai ajang promosi daerah dan etalase UMKM. Tak hanya itu, lebih jauh, melalui pelaksanaanan Festival Reog Ponorogo, diharapkan peluang kerja bisa tercipta dan ekonomi rakyat makin meningkat.
Baca Juga : Ngetrip Seru ke Gunung Bromo Cuma 300 Ribu
Sejarah Reog Ponorogo
Dalam pementasan, reog Ponorogo menampilkan cerita yang menjadi sejarah ditemukannya kesenian ini. Memang ada beberapa cerita yang berkembang. Namun yang terkenal dan sering ditampilkan adalah versi Bantarangin.
Alkisah, Raja Bantarangin yang bernama Kelono Siswohandono bersaing dengan raja Lodoyo bernama raja Singo Barong, pria berperawakan tinggi besar dan berkepala singa.
Raja Kelono Siswohandono dan raja Singo Barong bersaing untuk memperebutkan putri Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri. Ternyata sang putri memberikan syarat, siapa yang bisa membuat tontonan berupa 40 ekor kuda kembar dan ada hewan berkepala dua dalam satu tubuh.
Raja Kelono Siswohandono Siswohandono mempersembahkan tontonan yang terdiri dari 40 penari Jathilan, pasukan warok, bujangganong, dan satu raksasa yang di kepalanya ada dua hewan. Raksasa ini tiada lain adalah raja Singo barong yang berubah wujud menjadi makhluk berkepala singa dengan burung merak di atasnya. Singo barong ikut dalam tontonan raja Kelono Siswohandono. Sebab dia kalah dan harus tunduk saat diperintah sang raja.
Baca Juga : 4 Festival Khas Riau Ini Masuk Kharisma Event Nusantara 2023
Tokoh Penari Reog
Cerita tentang persaingan raja Kelono Siswohandono dengan raja Singo Barong untuk memperebutkan putri Dewi Songgolangit inilah yang kemudian diangkat dalam setiap penampilan seni tari khas Ponorogo ini. Formasi pasukan penari yang dipersembahkan raja Bantarangin pun menjadi bagian dari pertunjukan seni Reog.
Apalagi dalam festival yang biasanya disuguhkan secara lengkap dan meriah, dalam satu penampilan reog pastilah didukung banyak pihak.
Mulai dari koreografer, pengiring musik, narator, penata rias dan kostum, dan tentunya penari yang membawakan tokoh dalam seni Reog.
Adapun para penari akan membawakan karakter tokoh dalam cerita versi Bantarangin. Di antaranya:
- Jathilan
Menggambarkan prajurit berkuda yang dalam menari sering berpasangan. Gerak gerik penarinya menggambarkan sifat semangat dan enerjik. Menunjukkan ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang. Namun sifat gerakannya juga dipadu dengan irama lebih lambat, yang menggambarkan perilaku halus dan lugu.
Jathilan diperankan oleh penari perempuan yang memakai riasan mirip laki-laki. Mereka bergerak sesuai alunan lagu sambil memainkan kuda lumping yang seolah mereka naiki.
- Warok
Berasal dari kata wewarah yang berarti manusia bertekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong sugih wewarah yang berarti orang yang kaya akan wewarah.
Tokoh warok dalam pertunjukan diperankan oleh seorang laki-laki bertubuh tegap. Memakai blankon dan baju serba hitam. Di perutnya terdapat sabuk besar dan tali berwarna putih. Gerak tarian tokoh penari reog warok, menunjukkan karakter yang gagah dan bijaksana.
Warok adalah tokoh yang memberi petunjuk pada orang lain untuk hidup lebih baik. Mereka adalah orang yang sopan santun, baik perilaku hidupnya, tenang batin dan jiwanya. Warok menjadi penggambaran karakter khas masyarakat Ponorogo yang harus diteladani.
- Raja Klono Siswohandono
Sebagai penggambaran seorang raja, penari yang memerankan Klono Siswohandono akan bersikap gagah. Geraknya lincah namun berwibawa. Dengan topeng merah menutupi wajah, penari membawa senjata khas milik Raja Bantarangin ini. Yaitu Pecut Samandiman yang mematikan.
Selain gagah, sang raja diceritakan sedang dimabuk asmara. Sehingga gerakan tarian juga merepresentasikan rasa penuh cinta dan pengharapan.
Baca Juga : Cari Jodoh di Festival Kande Kandea 2023, Kenapa Tidak?
- Bujang ganong
Bujang Ganong adalah Pujangga Anom, yang ditunjuk sebagai patih di kerajaan Bantarangin. Dia juga yang memimpin rombongan penari yang dihadiahkan raja Klono Siswohandono pada putri Dewi Songgolangit.
Tokoh penari reog Ponorogo ini digambarkan bertubuh kecil. Hidungnya besar, matanya bulat dan besar melotot dan berambut gimbal. Gerakannya energik, menari lincah mengikuti alunan musik. Sesekali dia nampak menggoda penari lain bahkan para penonton. Sehingga keberadaannya dalam sebuah pertunjukan mampu mencairkan suasana. Apalagi penari bujang ganong selalu lihai bela diri dan sakti.
Bujang ganong diceritakan memiliki hati lembut, jujur dan tulus tanpa pamrih dalam mengabdi. Dia juga cerdas dan memiliki kemauan keras.
- Singa Barong
Inilah pusat perhatian dari setiap pementasan reog. Selain karena ukurannya yang besar, Singa barong juga memiliki bentuk yang menarik. Seperti sebuah kipas raksasa, bulu merak yang tertata indah di atas kepala macan, bergoyang seiring alunan musik. Padahal berat dari topeng raksasa ini adalah sekitar 50-60 kg! Penari memakai di kepala dan menahannya cukup dengan gigi. Ajaib!
Tokoh ini melambangkan sang raja Singo barong. Yaitu raksasa berwajah macan, lawan dari raja Klono Siswohandono. Meski bertubuh tegap, sayangnya raja ini memiliki rambut yang berkutu. Sehingga dia memelihara merak yang bertengger di kepalanya dan bertugas memakan kutu-kutu di rambut singanya.
Penampilan tokoh penari di Festival Reog Ponorogo selalu berhasil memukau para penonton. Sebagai warisan budaya, masyarakat Indonesia harus terus menjaga kelestariannya. Salah satu caranya adalah dengan memeriahkan acara seperti Festival Reog Ponorogo atau penampilan di waktu lainnya.
0 comments on “5 Tokoh Penari di Festival Reog Ponorogo, Resapi dan Ambil Maknanya”