Bila Kawanjo belajar sejarah, ini adalah langkah untuk menghargai potensi negeri Indonesia. Selain sebagai upaya pelestarian budaya, dengan memahami sejarah Kawanjo juga ikut memperkuat kebanggaan dan harga diri bangsa Indonesia. Sebagai contoh, Reog Ponorogo adalah salah satu harta berharga milik Indonesia, harus dijaga dan patut dibanggakan. Salah satunya adalah dengan memahami sejarah Reog Ponorogo.
Reog Ponorogo diklaim Malaysia
Masih hangat dalam ingatan, bagaimana Reog Ponorogo diklaim Malaysia. Bahkan mereka akan mendaftarkan ke pihak UNESCO. Sontak banyak protes mengalir. Pasti Kawanjo juga, dong! Sebab pertunjukan seni pertunjukan budaya ini jelas-jelas berasal dari Ponorogo, sebuah kota di Jawa Timur Indonesia. Beruntunglah pemerintah Indonesia tanggap, dan sikap positif ditunjukkan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, Bapak Sandiaga Uno. Dalam video singkatnya, beliau menyatakan bahwa pemerintah dan masyarakat harus fight all out, berusaha sekuat tenaga menyelamatkan budaya asli nusantara ini.
Baca juga : Wisata Budaya, Kenali 8 Jenis Barong yang Ada di Bali
Memang di Malaysia juga ada kesenian serupa. Namun telisik punya telisik, reog di sana dibawa oleh orang Ponorogo yang bermigrasi ke Malaysia. Di sana mereka juga belajar dan menyebarkan kesenian reog. Sehingga reog menjadi terkenal di Malaysia, seiring makin menyebarnya orang Ponorogo di negeri itu.
Meskipun reog sudah masuk ke dalam nominasi tunggal untuk diusulkan sebagai warisan budaya tak benda atau Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO 2023 oleh Indonesia, Malaysia pun melakukan hal yang sama. Hingga akhirnya, dengan bukti sejarah kuat, pemerintah Malaysia menarik klaim dan reog tetap menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.
Sejarah Reog Ponorogo yang Membanggakan
Dalam setiap hasil kebudayaan di Indonesia pastilah memiliki nilai-nilai mulia. Beraneka keluhuran kisah bisa menjadi sumber teladan kehidupan. Generasi muda patut mengetahui hal ini. Selain itu, mempelajari sejarah termasuk usaha menjaga nilai-nilai kebudayaan asli Indonesia supaya tidak diakui oleh negara lain. Termasuk di dalamnya adalah menjaga kebanggaan bangsa Indonesia.
Baca juga : Festival Budaya Kotabaru Kalimantan Selatan
Asal usul Reog Ponorogo
Begitupun asal usul Reog Ponorogo, haruslah diketahui dengan benar. Berikut adalah sejarah Reog Ponorogo asli Indonesia:
- Kerajaan Majapahit
Alkisah, di awal abad 15, kerajaan Majapahit sedang mengalami penurunan kejayaan. Awal keruntuhan kerajaan ini disebabkan oleh raja Bhre Kertabumi atau Prabu Brawijaya V yang memiliki selir bernama Putri Cempa dari Tiongkok. Sayangnya sang raja tidak bisa tegas karena dalam kendali kuat sang selir. Ditambah lagi dalam pemerintahan, banyak sekali koruptor yang merajalela.
- Pemberontakan Abdi Dalem
Adalah Ki Ageng Kutu, seorang abdi dalem kerajaan merasa sangat geram dengan keadaan yang ada. Akhirnya tidak betah, beliau meninggalkan pekerjaannya dan merasa perlu berbuat sesuatu untuk mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu pun membuat perguruan silat dan membina para pemuda. Harapannya kelak mereka bisa menjadi tenaga-tenaga yang unggul apabila kejayaan kerajaan telah kembali.
- Sindiran di balik kesenian
Ki Ageng Kutu lama-kelamaan sadar, pergerakannya masih belum kuat untuk bisa memperbaiki kerajaan Majapahit. Akhirnya beliau berinisiatif membuat sebuah kesenian untuk menyampaikan protes dan sindiran untuk sang raja Majapahit.
Adapun produk seni itu ada dua. Yang pertama berupa topeng singo barong. Yaitu kepala harimau sebagai simbol kekuasaan Raja Bhre Kertabumi. Di atas kepala hewan raja hutan tersebut terdapat kipas raksasa dari bulu merak, sebagai perlambang bagaimana selir dari Tiongkok itu menyetir gerak-gerik raja dari atas.
Baca juga : Telusuri Budaya dan Alam di Solo Lewat Trip Cultunary
Yang kedua adalah tarian Jathilan sebagai simbol kekuatan kerajaan. Tari yang diperankan oleh para laki-laki yang dirias seperti perempuan ini melambangkan kekuatan pasukan Majapahit. Jumlahnya yang banyak oleh Ki Ageng Kutu dibandingkan dengan peran beliau sebagai warok yang hanya sendiri. Namun warok mampu mengangkat topeng singo barong dengan berat lebih dari 50 kg. Sehingga meski sendirian, warok mampu mengungguli pasukan penari jathil yang berjumlah banyak.
- Raja Bhre Kertabumi Murka
Melihat pergerakan Ki Ageng Kutu yang semakin masif, raja Bhre Kertabumi menganggapnya sebagai pemberontakan yang berbahaya. Perguruan tempat Ki Ageng Kutu mengajar dihancurkan dan kegiatan di dalamnya diboikot.
Namun banyak siswa Ki Ageng Kutu yang masih setia pada sang guru. Mereka meneruskan penyebaran ilmu dan pemahaman Ki Ageng Kutu.
Sedangkan tari Reog Ponorogo karya Ki Ageng Kutu masih diperbolehkan untuk tampil. Sebab sudah menjadi favorit masyarakat pada saat itu.
Reog Ponorogo Versi Bantarangin
Pada masa pemerintahan adipati pertama Ponorogo, yaitu Bathoro Katong, reog dijadikan alat untuk menyebarkan agama Islam. Kisah sejarah yang diukir oleh Ki Ageng Kutu kemudian diperbaharui menjadi beberapa versi. Seiring perkembangan zaman, pementasan reog terbagi menjadi untuk festival dan perayaan. Festival reog di Ponorogo sendiri telah rutin diselenggarakan sejak tahun 1997. Tahun ini, festival reog diselenggarakan dalam rangka menyambut 1 Muharram (grebeg suro) dan peringatan HUT kota Ponorogo. Rangkaian pelaksanaan grebeg suro memakan waktu sebulan penuh, mulai tanggal 10 Juli 2022 sampai dengan 11 Agustus 2022.
Baca juga : Akulturasi Budaya Jawa di Bali? Yuk Intip Desa Wisata Puri Kaba-Kaba!
Sedangkan reog untuk perayaan biasanya digelar di acara-acara warga. Seperti pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Seringnya di pagelaran reog jenis ini dicampur dengan tari khas daerah lain. Dan jalan ceritanya berbeda dengan pementasan reog dalam rangka festival, lomba, atau acara lebih resmi lainnya.
Memang alur cerita dari reog festival lebih lengkap dan runtut serta sesuai dengan pakem-pakem sejarah. Adapun yang populer adalah cerita versi Bantarangin. Dimana terdapat penambahan karakter dan cerita dari kisah asli karya Ki Ageng Kutu.
Sejarah Reog Ponorogo versi Bantarangin
Cerita reog versi Bantarangin mengisahkan tentang pertarungan kerajaan Bantarangin dari Ponorogo dengan kerajaan Lodoyo. Raja Bantarangin yang bernama Kelono Siswohandono bersaing dengan raja Lodoyo bernama raja Singo Barong, pria berperawakan tinggi besar dengan bulu tak terurus yang tumbuh di seluruh tubuhnya. Raja Singo Barong memiliki kepala singa dan tubuh berbulunya terdapat banyak kutu. Sehingga dia memelihara burung merak yang bertugas mematuki kutu-kutu di tubuhnya.
Baca juga : Desa Wisata pusat agro edukasi
Raja Kelono Siswohandono dan raja Singo Barong bersaing untuk memperebutkan putri Dewi Songgolangit dari kerajaan Kediri. Mereka sama-sama ingin menjadi pasangan putri cantik nan mempesona tersebut. Ternyata sang putri memberikan syarat, bahwa yang akan menjadi suaminya adalah siapa saja yang mampu membuat tontonan istimewa. Yaitu tontonan yang di dalamnya ada 40 ekor kuda kembar dan ada juga hewan berkepala 2 jadi 1.
Singkat cerita raja Kelono Siswohandono memenangkan sayembara dan berhasil mendapatkan putri Dewi Songgolangit. Adapun tontonan yang dipersembahkan oleh raja tampan inilah yang kemudian menjadi penampilan reog sampai saat ini. Dengan 40 penari Jathilan, pasukan warok, bujangganong, dan satu raksasa bernama singo barong. Singo barong ini tiada lain tiada bukan adalah saingan sang raja Kelono Siswohandono yang berubah wujud menjadi makhluk berkepala singa dengan burung merak di atasnya. Karena kalah, raja Singo Barong harus tunduk pada raja Kelono Siswohandono.
Baca juga : Wisata di Bromo
Itulah sejarah reog Ponorogo yang memiliki banyak nasehat agung di dalamnya. Dengan memahaminya Kawanjo akan mendulang berbagai nilai moral sekaligus mempertebal rasa cinta dan bangga pada Indonesia. Mari fight all out menjaga keluhuran budaya bangsa.
0 comments on “Pahami Sejarah Reog Ponorogo, Yuk Fight All Out Menjaga Budaya Indonesia!”