Terkadang turis luar negeri mengingat Indonesia karena rendang, pecel, nasi goreng, dan berbagai kuliner khas Indonesia lainnya. Sebab negara kita memang kaya akan khasanah rasa dan aroma dari berbagai hasil bumi lautan yang ada. Nah, mengolah masakan khas sebuah daerah pun bisa dilakukan di rumah. Tantangannya adalah, bagaimana mengolah limbah masakan dari kuliner khas Indonesia?
Bagaimanapun sisa memasak akan selalu ada selama manusia membutuhkan makan. Limbah tersebut bisa berupa sisa organik atau seperti bagian dari buah dan sayur yang tak dipakai dalam masakan. Seperti kulit, tangkai, batang, dan isi. Bisa berupa air cucian sayur atau beras.
Baca juga : Makanan khas indonesia yang mendunia
Selain organik, ada pula jenis sampah anorganik dari dapur. Yaitu limbah yang tak mudah terurai bila telah dibuang. Seperti segala macam plastik pembungkus, tali rafia, karet gelang, dan lainnya.
Fenomena Limbah Masakan
Hal awal yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa Indonesia sedang darurat sampah. Sudah banyak pemberitaan bagaimana sampah dan limbah lainnya mencemari lingkungan. Pun fakta bahwa TPA atau Tempat Pembuangan Akhir sudah kewalahan dengan semakin banyaknya sampah yang masuk.
Di sisi lain, memasak dan menyantap makanan menghasilkan banyak limbah makanan. Baik itu dari sisa bahan yang tidak terpakai, kemasannya, atau limbah dari proses produksi dan persiapan makanan. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar sepertiga dari makanan yang untuk konsumsi manusia terbuang begitu saja dan berakhir menjadi sampah. Jumlahnya diperkirakan mencapai 1.3 miliar ton per tahunnya di seluruh dunia. Limbah memasak makanan turut menyumbang emisi gas rumah kaca dan ikut andil dalam perubahan iklim di bumi. Dahsyat ya ternyata!
Baca juga : 5 Makanan Laris Manis ini Ternyata dari Korea
Untuk itu, langkah awal dalam mengolah limbah memasak adalah memisahkan antara jenis anorganik dan organik. Jenis anorganik seperti plastik kemasan, botol, kaleng, aluminium foil, kertas nasi, dan lainnya bisa dikumpulkan. Bila mampu mendaur ulang di rumah, Kawanjo bisa berkreasi dari limbah ini. Namun bila tak cukup waktu bisa disalurkan ke bank sampah yang sudah banyak tersebar di seluruh Indonesia. Tinggal buka google map dan ketik bank sampah terdekat. Hubungi untuk mendonasikan atau menyalurkan sampah – sampah anorganik dari rumah.
Mengolah limbah masakan secara organik di Dapur
Kali ini Kawanjo akan diajak untuk lebih concern pada pengolahan sampah organik. Terutama limbah memasak. Karena seharusnya limbah yang satu ini harus hilang di rumah, tanpa perlu ikut dibuang ke TPA. Mengolah sisa – sisa bahan masakan menjadi pupuk kompos adalah cara umumnya. Padahal sebenarnya ada langkah sebelum meletakkan semua limbah bahan makanan tersebut ke kompos.
Langkah ini bisa dikatakan sebagai cara memperpanjang ‘masa bakti’ setiap bahan masakan. Tidak terburu-buru berakhir ke komposter (tempat membuat pupuk organik) atau lebih parahnya ke tempat sampah.
Semisal Kawanjo memasak pecel dengan bahan kangkung. Pasti yang dipakai hanya bagian daun dan sedikit batang. Begitu pula saat memasak selat Solo. Wortel yang digunakan pasti meninggalkan kulit. Atau bila hendak mengolah nanas khas Subang, kemungkinan besar kulitnya akan terbuang kan? Padahal tahu tidak bahwa kulit nanas bisa jadi minuman segar kaya manfaat, lho!
Baca juga : 8 Street Food Paling Populer di Berbagai Negara. Mana Favoritmu?
Lagi, ya. Indonesia kan terkenal dengan masakan pedasnya. Maka cabai menjadi peran penting dalam kuliner nusantara. Nah, tahu tidak, ternyata tangkai cabai yang biasa kita buang bisa mengubah susu menjadi yoghurt?
Oke, sebelum beranjak ke bahan lainnya. Mari mengulik fakta yoghurt dari batang cabai. Yoghurt adalah produk turunan dari susu dengan proses fermentasi menggunakan bakteri asam laktat (BAL). BAL merupakan kelompok bakteri yang bekerja mengubah karbohidrat/glukosa menjadi asam laktat. Salah satu jenis BAL yaitu Lactobacillus sp, jenis bakteri yang berperan dalam fermentasi yoghurt.
Cara membuat yoghurt sendiri di rumah
Ternyata, pada tangkai cabai yang biasanya dibuang, terdapat bakteri Lactobacillus plantarum, salah satu jenis BAL yang aman. Karena bakteri ini bukan merupakan organisme yang merugikan untuk tubuh manusia. Nah, Lactobacillus plantarum pada tangkai cabai inilah yang mampu mengubah susu menjadi yoghurt.
Caranya adalah dengan memanaskan 1 liter susu sapi murni hingga suhu 82°C. Lalu matikan kompor, tunggu suhu susu menjadi 60°C. Masukkan susu ke toples untuk fermentasi, tambahkan 2 batang cabai yang sudah dicuci bersih. Tutup rapat toples dan simpan di tempat ya6ng hangat, tunggu selama 24 jam. Yoghurt siap dinikmati.
Baca juga : Kuliner Legendaris Malang di sekitar Pusat Kota yang Murah.
Selesai dengan tangkai cabai yang ternyata masih bermanfaat, mari lanjutkan pada sisa bahan lainnya.
- Kulit nanas jadi tepache
Selain yoghurt dari tangkai cabai, ada juga tepache. Yaitu minuman kesehatan alami khas Meksiko, terbuat dari kulit nanas difermentasi selama tiga hari. Tepache bermanfaat untuk tubuh karena mengandung bakteri probiotik yang bisa memelihara sistem pencernaan, terutama kesehatan lambung dan usus.
Setelah dijadikan tepache, kulit nanas sisa fermentasi bisa diolah lagi menjadi cuka apel (dengan masa fermentasi 14 hari lagi).
- Kaldu Udang dan Sayur
Sebagian besar orang menyingkirkan bagian kepala dan kulit udang. Daripada terbuang ke sampah dan menimbulkan bau, lebih baik diolah lagi. Sangrai kepala dan kulit badan udang. Setelah kering haluskan dengan blender. Jadilah kaldu bubuk alami yang siap menambah cita rasa masakan selanjutnya.
Begitu pula bila hendak membuat kaldu cair. Bonggol sawi, bonggol kubis, kulit wortel, dan sisa sayur yang biasanya terbuang bisa dijadikan kaldu. Campur saja dalam sekali merebus air. Setelah dingin, saring. Kaldu cair siap dicampur pada masakan selanjutnya. Selain meningkatkan cita rasa kaldu ini juga menambah gizi masakan.
- Pupuk cair
Air cucian beras ternyata banyak manfaatnya. Coba endapkan selama sehari semalam. Endapan berwarna putih bisa loh dibuat masker wajah supaya lebih glowing. Selain untuk kecantikan, air berwarna putih keruh ini juga bisa disiramkan ke tumbuhan sebagai pupuk cair.
Baca juga : Anggaran Berwisata Joss, Ini Tips Liburan Budget Minim Anti Boncos
Nah selain cucian beras, Kawanjo juga bisa menggunakan air yang digunakan untuk mencuci sayur, daging, dan ikan sebagai pupuk. Kandungan gizi di dalamnya mampu menyuburkan tanah tempat tumbuh tanaman. Kondisi ideal pupuk dari air cucian beras adalah setelah didiamkan selama 7 hari hingga berbusa.
- Pupuk dari kulit telur
Kuliner nusantara pun banyak yang menggunakan telur dalam pembuatannya. Aneka kue tradisional membutuhkan telur dalam resep pembuatannya. Setelah memasak, kulit telur pun tersisa banyak. Daripada terbuang sia – sia, cobalah mengolahnya menjadi pupuk.
Kandungan kalsium karbonat yang terdapat pada kulit telur dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu fungsinya adalah untuk menetralkan kadar keasaman tanah. Cukup cuci bersih kulit telur, keringkan dan haluskan.
- Pestisida alami dari kulit bawang
Bawang merah dan bawang putih menjadi bumbu utama dalam setiap masakan Indonesia. Nah, kulit yang biasanya terbuang sebenarnya bisa dimanfaatkan juga. Cukup rendam kulit yang terkumpul selama dua hari. Kemudian semprot – semprotkan untuk membuat serangga pengganggu tumbuhan enggan mampir ke tanaman.
Baca juga : Makanan Khas Wakatobi Berbahan Hasil Laut
Kulit bawang merah dan bawang putih juga ampuh sebagai penyubur tanaman. Kulit bawang mengandung zat-zat penting seperti magnesium, kalium, zat besi, fosfor, hingga nitrogen yang bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Caranya mudahnya adalah dengan menaburkan langsung ke tanah tempat tumbuh tanaman.
- Cairan pembersih
Sering membuat rujak? Atau olahan buah khas Nusantara lainnya? Coba hentikan kebiasaan langsung membuang kulit buah ke tempat sampah! Yuk bikin cairan pembersih alami!
Namanya ecoenzyme. Yaitu cairan fermentasi yang bisa dimanfaatkan untuk membersihkan kaca/cermin, lantai kamar mandi, dan permukaan bening lainnya. Cara membuatnya mudah. Tinggal manfaatkan kulit buah yang ada, lalu masukkan ke dalam botol plastik bersama air dan cairan gula merah.
Diamkan selama tiga bulan, dengan membuka tutupnya beberapa kali untuk menghindari ledakan. Hasil pembersihan dengan cairan alami ini tak kalah dengan produk serupa yang beredar di pasaran. Otomatis Kawanjo bisa menghemat pengeluaran rumah tangga.
- Regrow
Terakhir adalah usaha untuk menanam kembali sayuran yang hendak dikonsumsi. Beberapa sayuran bisa ditanam kembali hanya dengan memanfaatkan bagian yang tidak digunakan. Semisal kangkung, ambil batangnya, rendam dalam air hingga tumbuh akar. Pindahkan ke tanah seketika.
Baca juga : Wisata Taman Bunga di Tomohon
Selain kangkung, coba juga menanam kembali batang bayam, kelor, dan katuk. Juga bonggol sawi-sawian, sereh, dan bawang pre. Bahan masakan dari umbi dan rimpang juga bisa ditanam kembali. Barangkali ada yang terlewat hingga menjadi kering, tinggal pendam saja di dalam tanah dan tunggu mereka bertunas. Seperti jahe, kunir, kencur dan aneka rimpang lainnya. Sama juga dengan jenis ketela rambat.
Ada cabe dan tomat yang kelewat hendak busuk? Tinggal taruh di permukaan, mereka siap tumbuh asal kondisi tanahnya subur. Dengan memiliki beragam tanaman sayur mayur dan buah – buahan, Kawanjo bisa menciptakan ketahanan pangan dari rumah.
Memasak makanan khas Indonesia di rumah sendiri memang suatu kebanggaan. Bumbu dan bahan pilihan menunjang rasa yang nikmat dan otentik. Namun di sisi lain, limbah yang dihasilkan bisa jadi masalah bila terus menerus dikirim ke tempat pembuangan akhir atau TPA. Nah, mengapa tidak mengolah lagi limbah memasak dari dapur? Karena ini bisa menjadi salah satu bukti sumbangsih untuk tanah air tercinta.
0 comments on “Tangkai Cabai Bisa jadi Yoghurt? Yuk, Mengolah Limbah Masakan Kuliner Khas Indonesia”